Rabu, 28 September 2016

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

BAB I
PENDAHULUAN
   A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kurikulum merupakan kunci dalam pendidikan, dikarenakan didalam kurikulum berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang akhirnya nanti akan menentukan macam dan kualifikasi lulusan dari suatu lembaga pendidikan, yang mana kurikulum merupakan cara untuk mengembangkan pengetahuan peserta didik. Dalam kurikulum terdapat rencana, tatacara dan pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup sekolah, daerah, wilayah maupun nasional. Semua orang membutuhkan kurikulum untuk acuan pendidikan yang sangat diperlukan oleh pendidik, anak didik dan orang tua dan masyarakat pada umumnya untuk mendidik anak dan warga masyarakat disekitar lingkungannya. Karena dengan adanya kurikulum diharapkan nantinya dalam proses pembelajaran dan pendidikan mampu menghasilkan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas secara emosional, intelektual, maupun spiritual.
            Untuk mewujudkan semua itu perlu pengembanagan dalam kurikulum PAI, oleh karena itu dalam makalah ini penulis mengemukakan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum PAI. Untuk membantu kita semua sebagai peserta didik untuk meningkatkan kemampuan diri dalam pembelajaran serta berusaha menjadi generasi berakhlak Qur’ani.

     B. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja prinsip-prinsip pengembangan kurikulum PAI?
2.      Apa prinsip khusus pengembangan kurikulum PAI?
3.      Bagaimana pandangan beberapa tokoh tentang prinsip-prinsip umum dan khusus pengembangan kurikulum PAI?
4.     Apa hakikat pengembangan kurikulum PAI?



    C.  TUJUAN MASALAH
1.    Mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum PAI
2.    Mengetahui Prinsip khusus pengembangan kurikulum PAI
3.    Mengetahui pandangan beberapa tokoh tentang prinsip-prinsip umum dan khusus pengembangan kurikulum PAI
4.    Mengetahui apa hakikat pengembangan kurikulum PAI

  
BAB II
PEMBAHASAN

A.  PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
Di dalam suatu pendidikan dan pengajaran, murid melakukan aktifitas pembelajaran dibawah bimbingan guru. Sedangkan pedoman yang dipakai guru dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada muridnya berdasarkan kurikulum yang berlaku yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang didalamnya  terdapat peranan Kemendikbud, Pus Buk Kun, Kemenag (Balitbang), dan harus dilaksanakan oleh guru dengan sebaik mungkin. Karena guru dan murid merupakan bagian dari komponen dalam pengembangan kurikulum pendidikan, dan dalam kurikulum ini guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam mengembangkan kurikulum PAI agar nantinya murid dapat belajar dengan senang dan tenang dan mudah  mengerti atas penjelasan guru, ketika dalam proses pembelajaran sehingga murid tidak merasa jenuh dalam proses pembelajaran dan dapat mengerti serta dapat mengembangkan pengetahuan yang didapat dari materi yang disampaikan gurunya. Maka dari itu dibawah ini penulis sajikan prinsip-prinsip pengembangan kurilkulum PAI.
Untuk mewujudkan hal diatas perlu prinsip-prinsip yang harus ada dalam kurikulum, yaitu:
1.      Pertautan atau adanya korelasi yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran serta nilai-nilainya. Maksudnya dalam kurikulum PAI yang mengandung falsafah, tujuan, kandungan-kandungan, metode mengajar, cara perlakuan, dan hubungan yang berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan harus berdasarkan pada agama dan akhlak islam dan harus terisinya jiwa dengan jiwa agama islam, dan keutamaan-keutamaan islam, tujuan dan cita-cita yang tinggi agama islam yaitu membina insani beriman kepada Allah semata.[1]
2.      Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum. Kalau tujuan-tujuannya harus meliputi segala aspek pribadi anak didik yang berguna untuk memperbaiki pribadi mereka dengan jalan membina akidah, akal, dan jasmaninya, begitu juga anak didik harus bermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi dan politik, termasuk ilmu-ilmu agama, bahasa, kemanusiaan, fisik, praktis, professional dan lain sebagainya.
3.      Keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum. Maksudnya didalam kurikulum tersebut harus menyeimbangkan perhatian perkembangan spiritual dan ilmu-ilmu syariat yang tidak boleh melebihi aspek-aspek penting lainnya dalam kehidupan seperti ilmu seni dan ilmu-ilmu lainnya yang harus dimiliki oleh individu dan masyarakat.
4.      Berkaitan dengan bakat dan minat serta kemampuan dan kebutuhan anak didik. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah lingkungan sekitar, kehidupan sosial anak didik serta berinteraksi dengan anak didik dan masyarakat  agar mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana sikap dan keadaannya.
5.      Memelihara perbedaan-perbedaan antara individu anak didik dalam hal minat, bakat, kemampuan, kebutuhan dan masalah-masalahnya, serta memelihara perbedaan yang ada pada masyarakat (fleksibelitas).
6.      Prinsip perkembangan dan perubahan. Dalam rangka mengembangkan kurikulum PAI islam tidak mengajarkan bertaklid, malah islam mengajarkan untuk mengembangkan dan membangun, serta dapat mengadopsi pengajaran asing dengan mengadaptasikannya dengan perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam segala pola dan bentuk dalam kehidupan masyarakat yang intinya harus berguna dan bermanfaat dan merupakan perubahan yang progresif.
7.      Prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman, dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum. Demikian pula pertautan antara kandungan kurikulum dan kebutuhan anak didik, kebutuhan masyarakat, tuntutan ruang dan waktu serta waktu zaman.

B.  PRINSIP KHUSUS PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian.
Prinsip-prinsip khusus ini meliputi: [2]
1.    Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
a.    Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah;
b.    Survei mengenai persepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuhan mereka; yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka;
c.    Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu;
d.   Survei tentang manpower;
e.    Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama;
f.     Penelitian.
2.    Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal:
a.    Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana;
b.    Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan;
c.    Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
3.    Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya memerhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Apakah metode/teknik balajar mengajar yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
b.    Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
c.    Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
d.   Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor?
e.    Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
f.     Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru?
g.    Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada di rumah dan di masyarakat?
h.    Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan “learning by doing” di samping “learning by seeing and knowing”.
4.    Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar-mengajar yang baik perlu disukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat.
a.    Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada apa penggantinya?
b.    Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memerhatikan: bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatannya?
c.    Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
d.   Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
e.    Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.
5.    Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Penilain merupakan bagian integral dari pengajaran:
a.       Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Uraikan kedalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran. Tuliskan butir-butir test.
b.      Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapa hal:
Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan ditest?
Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
Apakah test tersebut uaraian atau objektif?
Berapa banyak butir test perlu disusun?
Apakah test tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh murid?
c.       Dalam pengelolaan suatu hal penilaian hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Norma apa yang digunakan di dalam pengelolaan hasil test?
Apakah digunakan formula quessing?
Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
Skor standar apa yang digunakan?

C.  PANDANGAN BEBERAPA TOKOH TENTANG PRINSIP-PRINSIP UMUM DAN KHUSUS PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
Dengan tampilan yang agak berbeda, Hendyat Soetopo, dan Wasty Sumanto mengemukakan beberapa prinsip dibawah ini:
1.    Prinsip relevansi
Maksudnya adalah adanya kesesuaian antara pendidikan dengan tuntutan          kehidupan. Pendidikan  dipandang relevan apabila hasil yang diperoleh peserta didik dari pendidikan tersebut berguna dan bermanfaat bagi kehidupan diriya sendiri dan masyarakat.
Relevansi ini terbagi menjadi 4 bagian antara lain:[3]
1)   Relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik. Maksudnya adalah dalam menentukan kurikulum hendaknya disesuaikan dengan kehidupan anak didik.
2)   Relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan dating. Materi dan bahan pelajaran yang diberikan kepada anak didik harus bermanfaat untuk persiapan kehidupannya dimasa depan.
3)   Relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Maksudnya orang tua berharap anaknya bisa bekerja dengan dengan pengalaman pendidikan yang dipelajarinya.
4)   Relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan. Maksudnya adalah pendidikan yang diberikan sesuai dengan keadaan tekhnologi yang sedang berkembang dan maju dimasyarakat serta kemajuan pendidikan juga membuat maju ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
2.    Prinsip efektivitas
Efektivitas maksudnya dalam pendidikan sejauh mana rencana yang diinginkan  dalam pendidikan tercapai dan terlaksana. Di dalam pendidikan prinsip ini bisa diukur dari segi efektivitas mengajar guru dan efektivitas anak didik dalam belajar dan bisa memperaktekkan hasil belajarnya.[4]
3.    Prinsip efisiensi
Efisiensi dalam pendidikan yaitu efisiensi waktu, tenaga, peralatan, yang tentunya akan menghasilkan efisiensi dari segi biaya. Tentunya tetap memperhatikan keberhasilan dan kualitas dalam pendidikan.
4.    Prinsip kesinambungan dan fleksibelitas
Dengan adanya kesinambungan disini dimaksudkan adanya saling hubungan antara berbagai jenjang dan jenis program pendidikan. Kesinambungan disini meliputi kesinambunagn antara berbagai tingkat sekolah dan kesinambungan antara berbagai bidang studi.
Sedangkan makna fleksibelitas ini adalah kelenturan, artinya adanya ruang gerak untuk mengimplementasikan kurikulum. Dalam hal ini ada dua fleksibelitas yaitu fleksibelitas dalam memilih program pendidikan dan dalam mengembangkan program pengajaran.[5]
5.    Prinsip berorientasi tujuan
Prinsip berorientasi tujuan ini berarti sebelum bahan ditentukan, langkah yang perlu dilakukan seorang pendidik adalah menentukan tujuan terlebih dahulu, supaya semua jam dan aktivitas pengajaran yang dilaksanakan oleh pendidik maupun anak didik dapat betul-betul terarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang ditetapkan. Dengan jelasnya tujuan diharapkan dapt menentukan metode mengajar, alat pengajaran, dan evaluasi secara tepat.
6.    Prinsip dan model pengembangan kurikulum
Prinsip ini memiliki maksud bahwa harus ada pengembangan kurikulum secara bertahap dan terus menerus, yakni dengan cara memperbaiki, memantapkan dan mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah berjalan setelah ada pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya. Hal ini mempunyai implikasi bahwasanya kurikulum senantiasa mengalami revisi, namun revisi tersebut tetap tertuju dan mengacu pada apa yang sudah ada dan tetap focus ke depan, sehingga keberadaannya cukup berarti bagi anak didik dan bersifat dinamis.
Lain lagi dengan pendapat Oemar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany beliau menyebutkan tujuh prinsip pengembangan kurikulum PAI, yaitu:[6]
1.    Prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
2.    Prinsip menyeluruh pada tujuan, kandungan kurikulum, yakni mencakup tujuan membina akidah, akal dan jasmaninya, dan hal lain yang bermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan spiritual, kebudayaan, social, ekonomi, politik termasuk ilmu-ilmu agama, dan sebagainya.
3.    Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum.
4.    Prinsip keterkaitan antara bakat, minat, kemampuan-kemampuan dan kebutuhan belajar.
5.    Prinsip pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual diantara para pelajar, baik dari segi minat maupun bakatnya.
6.    Prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.
7.    Prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dengan pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.
Sebenarnya prinsip pengembangan kurikulum tidak terbatas, dibawah ini beberapa prinsip-prinsip pengembangan kurikulum beserta implikasinya.[7]
1.    Prinsip berorientasi pada tujuan, implikasinya adalah mengusahakan agar seluruh kegiatan  kurikuler terarah untuk pencapaian tujuan pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya.
2.    Prinsip relevansi, implikasinya adalah mengusahakan pengembangan kurikulum sedemikian rupa sehingga tamatan pendidikan dengan pendidikan itu dapat memenuhi jenis dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan oleh masyarakat.
3.    Prinsip efisisensi, implikasinya adalah mengusahakan agar kegiatan kurikuler mendayagunakan waktu, tenaga, biaya dan sumber lain secara cermat dan tepat guna atau sasaran, sehingga hasil-hasil kegiatan kurikuler itu memadai dan memenuhi harapan.
4.    Prinsip fleksibilitas, implikasinya adalah mengusahakan agar kegiatan kurikuler bersifat luwes, mampu disesuaikan dan beradabtasi dengan situasi, kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang meskipun tidak melakukan perombakan terhadap tujuan pendidikan yang mesti dicapai.
5.    Prinsip efektivitas, implikasinya adalah mengusahakan agar kegiatan kurikuler membuahkan hasil (mencapai tujuan pendidikan) tanpa adanya kegiatan yang dinilai mubadzir karena tidak sesuai dan tidak memberikan kontribusi kepada tujuan  terlaksananya pendidikan.
6.    Prinsip integrasi, implikasinya mengusahakan agar pendidikan dengan suatu kurikulum yang digunakan dapat menghasilkan manusia seutuhnya, dengan mengembangkan berbagai kegiatan kurikuler untuk dijabarkan sebagai jawaban terhadap pengembangan komponen-komponen kurikulum yang ditetapkan.
7.    Prinsip kontinuitas, implikasinya adalah mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler merupakan kegiatan yang selalu berkesinambungan dengan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya, baik dalam hubungan yang bersifat vertikal maupun horizontal.
8.    Prinsip sinkronisasi, implikasinya adalah mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler seirama, searah dan setujuan. Jangan sampai terjadi kegiatan kurikuler yang saling berlawanan  yang dampaknya akan menghambat jalannya kegiatan kurikuler yang nantinya tujuan dari kegiatan kurikuler akan terganggu dan mungkin tidak akan tercapai.
9.    Prinsip obyektivitas, implikasinya adalah mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler dilakukan dengan mengikuti tatanan kebenaran ilmiah dengan mengesampingkan pengaruh-pengaruh emosional dan irasional.
10.Prinsip demokratis, implikasinya adalah mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler dilaksanakan dan dikelola dengan demokratis bukan otoriter sehingga memberikan peluang toleransi dalam pelaksanaan kurikulum.



D.  HAKIKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
Telah kita ketahui bersama pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh hasan langgulung beliau mengatakan bahwa kurikulum merupakan sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan sekolah untuk anak didiknya baik di  dalam maupun di luar sekolah dengan maksud menolongnya agar dapat berkembang secara menyeluruh dari segala aspek  dan mengubah tingkah laku mereka sesuai tujuan-tujuan pendidikan.
Sedangkan hakikat dari pengembangan kurikulum adalah suatu rencana atau program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Hakikat lainnya adalah untuk pengembangan komponen-komponen kurikulum yang membentuk sistem kurikulum itu sendiri,[8] yaitu komponen: tujuan, bahan, metode, peserta didik, pendidik, media, lingkungan, sumber belajar, dan lain-lain.
Komponen-komponen kurikulum tersebut diatas harus dilaksanakan dan dikembangkan, agar tujuan pendidikan dapat dicapai sebagaimana mestinya dan memuaskan.  Tujuan tersebut ada dua macam yaitu tujuan yang ingin dicapai secara keseluruhan, yang mana biasanya tujuan ini digamabarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang Qur’ani yang diharap dan dimiliki anak didik setelah lulus dari suatu lembaga. Tujuan yang selanjutnya merupakan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi, pada umumnya tujuan ini digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang yang baik atau berakhlak mulia setelah anak didik mengikuti dan menyelesaikan suatu bidang studi dan dapat di praktekkan dalam kehidupannya.



BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
            Dari semua penjelasan yang telah penulis paparkan di atas dapat disimpulkan bahwasanya dalm prinsip-prinsip pengembangan kurikulum PAI banyak pendapat yang bermunculan tetapi dapt disimpulkan dalam mengembangkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum PAI harus mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut: prinsip relevansi, prinsip efektivitas, prinsip efisisensi prinsip kesinambungan (kontinuitas), prinsip fleksibelitas, prinsip berorientasi tujuan, prinsip dan model pengembangan kurikulum. Untuk mewujudkan semua hal tersebut butuh kerjasama antara pendidik dengan anak didik agar dalam pendidikan pinsip tersebut dapat terlaksana dan tujuan pendidikan dapt dicapai sehingga pendidikan yang dilaksanakan bermanfaat bagi anak didik, pendidik, dan masyarakat pada umumnya.

B. SARAN
            Dalam memahami prinsip kurikulum banyak literatur buku yang harus dibaca, tidak cukup hanya membaca makalah ini yang masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kepada semua pembaca diharapkan tidak terpaku pada makalah ini saja, dan dianjurkan untuk membaca buku lain selain dari referensi dalam makalah ini. Tim penulis berharap saran yang bermanfaat yang berkorelasi dengan makalah ini. Mohon maaf dan terimakasih.




DAFTAR PUSTAKA
§  Hasibuan, Lias. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010)
§  Haryati, Nik, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta CV, 2011)
§  Hernawan, Asep Herry, dkk, pengembangan kurikulum dan pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka: 2011 )
§  Idi, Abdullah, Kurikulum Teori dan Praktek, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009)
§  Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 20005)




[1] . Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta CV, 2011), hal.50
[2] . Nana syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005 ),hal.152
[3] . Abdullah Idi, Kurikulum Teori dan Praktek, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009) hal.180             
[4] . Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2005) hal. 151
[5] . Asep Herry Hernawan, dkk, pengembangan kurikulum dan pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka: 2011 ) hal. 3.13
[6] . Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta CV, 2011), hal. 54
[7] . Lias Hasibuan. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010) hal. 86
[8] . Abdullah Idi, Kurikulum Teori dan Praktek, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009) hal.184

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMUGA BERMAMFAAT