BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sejak Pelita I tahun 1970 pemerintah telah
melakukan beberapa usaha pengembangan kurikulum, baik disekolah dasar maupun
ditingkat sekolah menengah bahkan ditingkat perguruan tinggi. Pengembangan
kurikulum dapat dlakukan dengan berbagai cara, mulai dari pengembangan yang
sifatnya fundamental atau konsepsional yang melandasi semua aspek dari sitem
kurikulum maupun pengembangan yang sifatnya penyempurnaan struktur kurikulum.
Usaha-usaha pembaharuan kurikulum di Negara
kita antara lain pendirian sekolah pembangunan, proyek pembinaan keterampilan,
paket penulisan buku pelajaran, pengajran modul, dan lesson plan, up-grading
guru-guru, pendidikan guru berdasarkan kompetensi, system penilaian,
kurikulum muatan local. Kurikulum tidak hanya dipandang sebagai mata pelajaran
yang harus diberikan kepada murid semata-mata, melainkan semua aktivitas
pendidikan yang kita rencanakan untuk dialami, diterima, dan dilakukan oleh
anak agar dapat mencapai tujuan pendidikan.
Pengembangan kurikulum harus disesuaikan
dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus berkembang. Nilai-nilai
social, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung mengalami perubahan akibat
kemajuan di lapangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Perubahan atau pengembangan kurikulum dari
masa ke masa menyangkut perubahan structural dan perubahan konsepsional. Dalam
pengembangan kurikulum dibutuhkan langkah-langkah dan prosedur yang tepat dalam
menjalaninya. Di makalah ini kami kami berkesempatan untuk menjelaskan tentang
“Langkah-langkah dan Prosedur Pengembangan Kurikulum”.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang menjadi asumsi dasar pengembangan kurikulum?
2.
Bagaimana langkah-langkah pengembangan kurikulum?
3.
Bagaimana prosedur pengembangan kurikulum menurut Hamid Hasan?
4.
Bagaimana cara membuat kurikulum kelas?
C. TUJUAN MASALAH
1.
Untuk mengetahui asumsi dasar pengembangan kurikulum.
2.
Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan kurikulum.
3.
Untuk mengetahui prosedur pengembangan kurikulum menurut Hamid
Hasan.
4.
Untuk mengetahui cara membuat kurikulum kelas.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Asumsi Dasar Pengembangan Kurikulum
Pendidikan tradisional yang menekankan pentingnya mata pelajaran
menunjukkan kurikulum yang subject centered sehingga proses pengajaran
tidak
lebih
dari pada
menyampaikan pengetahuan kepada murid. Bentuk kurikulum ini dipandang tidak
cocok dengan kebutuhan dan tuntutan individu dalam masyarakat. Sehingga
mengalami perubahan menjadi child centered, dimana anak sebagai makhluk
individu yang memiliki karakteristik berbeda satu sama lain, medapat perhatian
utama dalam kurikulum. Apa yang diberikan kepada siswa dan bagaimana caranya
disesuaikan dengan karakteristk anak itu sendiri.
Anak tidak hanya dipandang sebagai makhluk individual melainkan
juga sebagai makhluk sosial. Anak harus
mampu mewujudkan pribadinya di masyarakat dan siap menghadapi kehidupan
masyarakat yang serba kompleks. Atas dasar ini kurikulum diarahkan kepada society
centered. Proses tersebut menunjukkan bahwa perubahan kurikulum dimulai
dari perubahan konsepsional yang fundamental kemudian diikuti oleh perubahan
structural.
Beberapa ahli kurikulum khususnya dan
pendidikan pada umumnya berpendapat bahwa, langkah-langkah dan prosedur kerja
yang ditempuh, dalam melakukan perubahan dan pengembangan kurikulum hendaknya
memperhatikan:[1]
Ø
Prosedur ilmiah, artinya mengikuti langkah metode ilmiah.
Ø
Keterpaduan antara berbagai lembaga terkait yang berkenaan dangan
proses dan hasil pendidikan.
Ø
Mengembangkan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
Ø
Mengikutsertakan para pelaksana kurikulum sehingga diperoleh
informasi yang berharga sebagai bahan dalam mengambil keputusan pengembangan
kurikulum
B.
Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum
Pada umumnya ada sepuluh langkah yang
harus ditempuh dalam melakukan pengembangan kurikulum.
1.
Mengenal atau mengidentifikasi kebutuhan perubahan kurikulum
Artinya
menilai ada tidaknya masalah-masalah pokok yang harus dilakukan perubahan.
Penilaian dan pengukuran pada hakikatnya adalah melihat perbedaan yang dapat
diukur, antara hasil yang dicapai dengan hasil yang diinginkan. Keadaan ini
harus dinyatakan secara formal sehingga dapat dirumuskan masalah-masalah pokok
untuk perubahan kurikulum.
Faktor
dominan dalam perubahan kurkulum meliputi: (1) perubahan dalam aspirasi
masyarakat, (2) perubahan dalam teori belajar mengajar, (3) perubahan-perubahan
yang terjadi dalam prinsip dan falsafah pendidikan, (4) perubahan dalam teori
komunikasi, dan (5) perkembangan-perkembangan baru dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2.
Mobilisasi suatu perubahan kurikulum
Wadah yang akan mengorganisasi perubahan kurikulum bisa berupa
badan atau komite yang bisa bekerja secara rutin. Persoalan yang sangat sukar
ialah menetapkan siapa saja yang akan duduk dalam komite itu serta tugas dan
peranan mmereka dalam proses perubahan tersebut.
3.
Studi tentang masalah dan kebutuhan masyarakat
Beberapa aspek yang perlu dianalisis dan diteliti untuk keperluan
pengembangan kurikulum antara lain: potensi social ekonomi, system nilai-nilai
yang berlaku, masalah dan kebutuhan masyarakat, lapangan pekerjaan (job
analisys), masalah-masalah social. Pentingnya studi terhadap
masyarakat sebagai dasar dalam perubahan kurikulum, disebabkan perlunya
kurikulum menampung aspirasi, harapan, kebutuhan, dan tuntutan masyarakat itu
sendiri.
4.
Studi tentang karakteristik dan kebutuhan anak didik
Pada hakikatnya kurikulum itu untuk anak atau melayani kepentingan
anak didik. Studi tentang perkembangan, pertumbuhan, bakat, minat kesanggupan, kebutuhan
anak dijadikan dasar dalam perubahan kurikulum.
5.
Formulasi tujuan pendidikan
Secara
umum bersifat filosofis, sosiologis, dan psikologis perlu dijabarkan kedalam
tujuan-tujuan institusional, yang bersifat tingkah laku operasional sehingga
mudah dipahami guru-guru.
6.
Menetapkan aktivitas belajar dan mata pelajaran
Pemilihan aktivitas belajar dan mata-mata pelajaran yang serasi
dengan tujuan, merupakan tugas berat dan penghayatan yang tinggi terhadap
nilai-nilai ilmu pengetahuan. Kesesuaian mata pelajaran dan aktivitas belajar
yang diperlukan, hanya dapat ditentukan dalam hubungannya dengan kebutuhan,
keadaan lingkungan dan
7.
Mengorganisasi pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit
pelajaran
Dalam
mengorganisasi pengalaman belajar harus terlebih dulu mengenal pola-pola
organisasi kurikulum.
8.
Pengujian kurikulum yang dikembangkan
Dalam proses uji coba selalu dianalisis, diamati untuk diadakan
revis
i seperlunya. Uji coba dikatakan berhasil apabila dengan kurikulum
tersebut tujuan pendidikan dapat dicapai sesuai dengan harapan perubahan.
9.
Pelaksana kurikulum baru
Para pendidik sebagai pelaksana kurikulum hendaknya dipersiapkan
terlebih dahulu melalui penataran agar mereka siap melaksanakannya.
10.
Evaluasi dan revisi berikutnya
Evaluasi
dan pengembangan kurikulum selanjutnya tetap dilakukan melalui monitoring yang
terencana, terpola, terprogram. Dalam evaluasi ini ditempuh dua cara, yakni:
a)
Penilaian formatif, yakni penilaian yang berlaku pada saat
berlangsungnya pelaksanaan kurikulum (penilaian proses),
b)
Penilaian sumatif, yakni penilaian yang dilakukan setelah
selesainya pelaksanaan kurikulum (penilaian hasil).
C.
Prosedur Pengembangan Kurikulum Menurut Hamid Hasan
Dalam
menyusun perencanaan tersebut didahului oleh ide-ide yang akan dituangkan dan
dikembangkan dalam program. Ide-ide yang berkenaan
dengan penentuan filosofi kurikulum tersebut digunakan dengan pendekatan dan teori belajar serta
model evaluasi pembelajaran yang dipilih. Ide-ide tersebut dapat berasal dari:
1.
Visi yang dicanangkan
2.
Kebutuhan siswa, masyarakat, pengguna lulusan (stakeholders),
dan kebutuhan untuk studi lanjut.
3.
Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tunutan perkembangan lmu
pengetahuan dan teknologi serta kemajuan zaman.
4.
Pandangan-pandangan para ahli/pakar berbagai bidang.
5.
Kecenderungan era globalisasi yang menuntut seseorang harus
memiliki etos belajar sepanjang hayat, melek social, politik, ekonomi,
budaya dan teknologi.
Kelima
ide tersebut diramu sedemikian rupa untuk dikembangkan dalam program atau kurikulum
sebagai dokumen. Apa yang tertuang dalam dokumen tersebut kemudian dikembangkan
dan disosialisasikan dlam proses pelaknsanaannya, yang dapat berupa
pengembangan kurikulum dalam bentuk satuan acara pembelajaran (SAP), proses
pembelajaran di kelas atau di luar kelas, serta evaluasi pembelajaran, sehingga
diketahui tingkat efisiensi dan efektifitasnya. Proses pengembangan kurikulum
menuntut adanya evaluasi secara berkelanjutan mulai dari perencanaan (planning),
pelaksanaan (implementasi), hingga evaluasinya itu sendiri.
Oleh
karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan secara terus menerus guna
merespons dan mengantisipasi perkembangan dan tuntutan yang ada tanpa harus
menunggu pergantian Menteri Pendidikan Nasional dan atau Mentari Agama. Apalagi
saat ini masyarakat sudah memasuki era globalisasi, baik dibidang ipteks maupun
social, politik, budaya , dan etika. Hal ini akan berimplikasi pada banyaknya
masalah pendidikan yang harus segera diatasi, tanpa harus menunggu-nunggu
keputusan dari atas.[2]
D.
Membuat Kurikulum Kelas
Kompetensi
adalah kemampuan anak yang diharapkan bisa dicapai melalui kegiatan
belajar-mengajar di kelas. Guru mengambil kompetensi yang ada dalam kurikulum.
Draft kompetensi diperlukan untuk membuat desain pengajaran berbagai bidang
studi kelasnya. Berikut langkah-langkah membuat kurikulum kelas:
1.
Menentukan tema, dibuat sebagai pengantar ketika guru mengajar di
kelas dan disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekolah.
2.
Membuat jaringan topic, tema yang telah dipilih dijabarkan pada
masing-masing bidang studi.
3.
Desain bidang studi, kompetensi yang terdapat dalam kurikulum
dijabarkan dalam hasil belajar.
4.
Menentukan indicator dari beberapa hasil belajar. Guru juga bisa
menambahkan indicator dari luar kurikulum yang didapat dari hasil analisis pada
tahun ajaran sebelumnya.
Anak-anak mempunyai cara belajar sendiri dan guru harus bisa menanggapinya. Kemampuan dan kebiasaan
anak menjadi pertimbangan dalam
desain kurikulum yang dibuat oleh guru. Guru dan murid nantinya menjalani
bersama desain kurikulum tersebut dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.[3]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam
melakukan perubahan dan pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan:
- Prosedur ilmiah, artinya mengikuti langkah metode ilmiah.
- Keterpaduan antara berbagai lembaga terkait yang berkenaan dangan proses dan hasil pendidikan.
- Mengembangkan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
- Mengikutsertakan para pelaksana kurikulum sehingga diperoleh informasi yang berharga sebagai bahan dalam mengambil keputusan pengembangan kurikulum.
Ada
sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam melakukan pengembangan kurikulum.
- Mengenal atau mengidentifikasi kebutuhan perubahan kurikulum
- Mobilisasi suatu perubahan kurikulum
- Studi tentang masalah dan kebutuhan masyarakat
- Studi tentang karakteristik dan kebutuhan anak didik
- Formulasi tujuan pendidikan
- Menetapkan aktivitas belajar dan mata pelajaran
- Mengorganisasi pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit pelajaran
- Pengujian kurikulum yang dikembangkan
- Pelaksana kurikulum baru
- Evaluasi dan revisi berikutnya.
1. Menentukan tema.
2. Membuat jaringan topic.
3. Desain bidang studi.
4. Menentukan indicator dari beberapa hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
- Haryati, Nik, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Bandung: Alfabeta, 2011
- Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
- Pradipto, Y Dedy, Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional, Yogyakarta: Kansius, 2007
- Sudjana, Nana, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996
[1] Nana Sudjana.1996.Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di
Sekolah.Bandung: SINAR BARU ALGENSINDO.
Hal 145-147
[2] Muhaimin.2012.Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah, Madrasah,
dan Perguruan Tinggi.Jakarta: Raja Wali Pers. Hal 13-14
[3] Y Dedy Pradipto.2007.Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional.Yogyakarta:
KANISIUS. Hal 119
Tidak ada komentar:
Posting Komentar