Kamis, 29 September 2016

ASUMSI DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
     Sejak Pelita I tahun 1970 pemerintah telah melakukan beberapa usaha pengembangan kurikulum, baik disekolah dasar maupun ditingkat sekolah menengah bahkan ditingkat perguruan tinggi. Pengembangan kurikulum dapat dlakukan dengan berbagai cara, mulai dari pengembangan yang sifatnya fundamental atau konsepsional yang melandasi semua aspek dari sitem kurikulum maupun pengembangan yang sifatnya penyempurnaan struktur kurikulum.
     Usaha-usaha pembaharuan kurikulum di Negara kita antara lain pendirian sekolah pembangunan, proyek pembinaan keterampilan, paket penulisan buku pelajaran, pengajran modul, dan lesson plan, up-grading guru-guru, pendidikan guru berdasarkan kompetensi, system penilaian, kurikulum muatan local. Kurikulum tidak hanya dipandang sebagai mata pelajaran yang harus diberikan kepada murid semata-mata, melainkan semua aktivitas pendidikan yang kita rencanakan untuk dialami, diterima, dan dilakukan oleh anak agar dapat mencapai tujuan pendidikan.
     Pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus berkembang. Nilai-nilai social, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung mengalami perubahan akibat kemajuan di lapangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
     Perubahan atau pengembangan kurikulum dari masa ke masa menyangkut perubahan structural dan perubahan konsepsional. Dalam pengembangan kurikulum dibutuhkan langkah-langkah dan prosedur yang tepat dalam menjalaninya. Di makalah ini kami kami berkesempatan untuk menjelaskan tentang “Langkah-langkah dan Prosedur Pengembangan Kurikulum”.


B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang menjadi asumsi dasar pengembangan kurikulum?
2.      Bagaimana langkah-langkah pengembangan kurikulum?
3.      Bagaimana prosedur pengembangan kurikulum menurut Hamid Hasan?
4.      Bagaimana cara membuat kurikulum kelas?

C.  TUJUAN MASALAH
1.      Untuk mengetahui asumsi dasar pengembangan kurikulum.
2.      Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan kurikulum.
3.      Untuk mengetahui prosedur pengembangan kurikulum menurut Hamid Hasan.
4.      Untuk mengetahui cara membuat kurikulum kelas.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Asumsi Dasar Pengembangan Kurikulum
            Pendidikan tradisional yang menekankan pentingnya mata pelajaran menunjukkan kurikulum yang subject centered sehingga proses pengajaran tidak lebih dari pada menyampaikan pengetahuan kepada murid. Bentuk kurikulum ini dipandang tidak cocok dengan kebutuhan dan tuntutan individu dalam masyarakat. Sehingga mengalami perubahan menjadi child centered, dimana anak sebagai makhluk individu yang memiliki karakteristik berbeda satu sama lain, medapat perhatian utama dalam kurikulum. Apa yang diberikan kepada siswa dan bagaimana caranya disesuaikan dengan karakteristk anak itu sendiri.
            Anak tidak hanya dipandang sebagai makhluk individual melainkan juga sebagai makhluk sosial. Anak harus mampu mewujudkan pribadinya di masyarakat dan siap menghadapi kehidupan masyarakat yang serba kompleks. Atas dasar ini kurikulum diarahkan kepada society centered. Proses tersebut menunjukkan bahwa perubahan kurikulum dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental kemudian diikuti oleh perubahan structural.
            Beberapa ahli kurikulum khususnya dan pendidikan pada umumnya berpendapat bahwa, langkah-langkah dan prosedur kerja yang ditempuh, dalam melakukan perubahan dan pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan:[1]
Ø  Prosedur ilmiah, artinya mengikuti langkah metode ilmiah.
Ø  Keterpaduan antara berbagai lembaga terkait yang berkenaan dangan proses dan hasil pendidikan.
Ø  Mengembangkan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
Ø  Mengikutsertakan para pelaksana kurikulum sehingga diperoleh informasi yang berharga sebagai bahan dalam mengambil keputusan pengembangan kurikulum

B.  Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum
       Pada umumnya ada sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam melakukan pengembangan kurikulum.
1.    Mengenal atau mengidentifikasi kebutuhan perubahan kurikulum
Artinya menilai ada tidaknya masalah-masalah pokok yang harus dilakukan perubahan. Penilaian dan pengukuran pada hakikatnya adalah melihat perbedaan yang dapat diukur, antara hasil yang dicapai dengan hasil yang diinginkan. Keadaan ini harus dinyatakan secara formal sehingga dapat dirumuskan masalah-masalah pokok untuk perubahan kurikulum.
            Faktor dominan dalam perubahan kurkulum meliputi: (1) perubahan dalam aspirasi masyarakat, (2) perubahan dalam teori belajar mengajar, (3) perubahan-perubahan yang terjadi dalam prinsip dan falsafah pendidikan, (4) perubahan dalam teori komunikasi, dan (5) perkembangan-perkembangan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.    Mobilisasi suatu perubahan kurikulum
            Wadah yang akan mengorganisasi perubahan kurikulum bisa berupa badan atau komite yang bisa bekerja secara rutin. Persoalan yang sangat sukar ialah menetapkan siapa saja yang akan duduk dalam komite itu serta tugas dan peranan mmereka dalam proses perubahan tersebut.
3.    Studi tentang masalah dan kebutuhan masyarakat
            Beberapa aspek yang perlu dianalisis dan diteliti untuk keperluan pengembangan kurikulum antara lain: potensi social ekonomi, system nilai-nilai yang berlaku, masalah dan kebutuhan masyarakat, lapangan pekerjaan (job analisys), masalah-masalah social. Pentingnya studi terhadap masyarakat sebagai dasar dalam perubahan kurikulum, disebabkan perlunya kurikulum menampung aspirasi, harapan, kebutuhan, dan tuntutan masyarakat itu sendiri.
4.    Studi tentang karakteristik dan kebutuhan anak didik
            Pada hakikatnya kurikulum itu untuk anak atau melayani kepentingan anak didik. Studi tentang perkembangan, pertumbuhan, bakat, minat kesanggupan, kebutuhan anak dijadikan dasar dalam perubahan kurikulum.
5.    Formulasi tujuan pendidikan                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   Secara umum bersifat filosofis, sosiologis, dan psikologis perlu dijabarkan kedalam tujuan-tujuan institusional, yang bersifat tingkah laku operasional sehingga mudah dipahami guru-guru.
6.    Menetapkan aktivitas belajar dan mata pelajaran
            Pemilihan aktivitas belajar dan mata-mata pelajaran yang serasi dengan tujuan, merupakan tugas berat dan penghayatan yang tinggi terhadap nilai-nilai ilmu pengetahuan. Kesesuaian mata pelajaran dan aktivitas belajar yang diperlukan, hanya dapat ditentukan dalam hubungannya dengan kebutuhan, keadaan lingkungan dan    
7.    Mengorganisasi pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit pelajaran
Dalam mengorganisasi pengalaman belajar harus terlebih dulu mengenal pola-pola organisasi kurikulum.
8.    Pengujian kurikulum yang dikembangkan
            Dalam proses uji coba selalu dianalisis, diamati untuk diadakan revis                                                                                                                                                                                                                                                                                               i seperlunya. Uji coba dikatakan berhasil apabila dengan kurikulum tersebut tujuan pendidikan dapat dicapai sesuai dengan harapan perubahan.
9.    Pelaksana kurikulum baru
            Para pendidik sebagai pelaksana kurikulum hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu melalui penataran agar mereka siap melaksanakannya.
10.              Evaluasi dan revisi berikutnya
Evaluasi dan pengembangan kurikulum selanjutnya tetap dilakukan melalui monitoring yang terencana, terpola, terprogram. Dalam evaluasi ini ditempuh dua cara, yakni:
a)      Penilaian formatif, yakni penilaian yang berlaku pada saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum (penilaian proses),
b)      Penilaian sumatif, yakni penilaian yang dilakukan setelah selesainya pelaksanaan kurikulum (penilaian hasil).
C.  Prosedur Pengembangan Kurikulum Menurut Hamid Hasan
Dalam menyusun perencanaan tersebut didahului oleh ide-ide yang akan dituangkan dan dikembangkan dalam program. Ide-ide yang berkenaan dengan penentuan filosofi kurikulum tersebut digunakan dengan pendekatan dan teori belajar serta model evaluasi pembelajaran yang dipilih. Ide-ide tersebut dapat berasal dari:
1.    Visi yang dicanangkan
2.    Kebutuhan siswa, masyarakat, pengguna lulusan (stakeholders), dan kebutuhan untuk studi lanjut.
3.    Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tunutan perkembangan lmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan zaman.
4.    Pandangan-pandangan para ahli/pakar berbagai bidang.
5.    Kecenderungan era globalisasi yang menuntut seseorang harus memiliki etos belajar sepanjang hayat, melek social, politik, ekonomi, budaya dan teknologi.
Kelima ide tersebut diramu sedemikian rupa untuk dikembangkan dalam program atau kurikulum sebagai dokumen. Apa yang tertuang dalam dokumen tersebut kemudian dikembangkan dan disosialisasikan dlam proses pelaknsanaannya, yang dapat berupa pengembangan kurikulum dalam bentuk satuan acara pembelajaran (SAP), proses pembelajaran di kelas atau di luar kelas, serta evaluasi pembelajaran, sehingga diketahui tingkat efisiensi dan efektifitasnya. Proses pengembangan kurikulum menuntut adanya evaluasi secara berkelanjutan mulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan (implementasi), hingga evaluasinya itu sendiri.
Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan secara terus menerus guna merespons dan mengantisipasi perkembangan dan tuntutan yang ada tanpa harus menunggu pergantian Menteri Pendidikan Nasional dan atau Mentari Agama. Apalagi saat ini masyarakat sudah memasuki era globalisasi, baik dibidang ipteks maupun social, politik, budaya , dan etika. Hal ini akan berimplikasi pada banyaknya masalah pendidikan yang harus segera diatasi, tanpa harus menunggu-nunggu keputusan dari atas.[2]
D.  Membuat Kurikulum Kelas
Kompetensi adalah kemampuan anak yang diharapkan bisa dicapai melalui kegiatan belajar-mengajar di kelas. Guru mengambil kompetensi yang ada dalam kurikulum. Draft kompetensi diperlukan untuk membuat desain pengajaran berbagai bidang studi kelasnya. Berikut langkah-langkah membuat kurikulum kelas:
1.      Menentukan tema, dibuat sebagai pengantar ketika guru mengajar di kelas dan disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekolah.
2.      Membuat jaringan topic, tema yang telah dipilih dijabarkan pada masing-masing bidang studi.
3.      Desain bidang studi, kompetensi yang terdapat dalam kurikulum dijabarkan dalam hasil belajar.
4.      Menentukan indicator dari beberapa hasil belajar. Guru juga bisa menambahkan indicator dari luar kurikulum yang didapat dari hasil analisis pada tahun ajaran sebelumnya.
       Anak-anak mempunyai cara belajar sendiri dan guru harus bisa menanggapinya. Kemampuan dan kebiasaan anak menjadi pertimbangan dalam desain kurikulum yang dibuat oleh guru. Guru dan murid nantinya menjalani bersama desain kurikulum tersebut dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.[3]


BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Dalam melakukan perubahan dan pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan:
  1. Prosedur ilmiah, artinya mengikuti langkah metode ilmiah.
  2. Keterpaduan antara berbagai lembaga terkait yang berkenaan dangan proses dan hasil pendidikan.
  3.  Mengembangkan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
  4. Mengikutsertakan para pelaksana kurikulum sehingga diperoleh informasi yang berharga sebagai bahan dalam mengambil keputusan pengembangan kurikulum.

Ada sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam melakukan pengembangan kurikulum.
  1.  Mengenal atau mengidentifikasi kebutuhan perubahan kurikulum
  2. Mobilisasi suatu perubahan kurikulum
  3.  Studi tentang masalah dan kebutuhan masyarakat
  4. Studi tentang karakteristik dan kebutuhan anak didik
  5.  Formulasi tujuan pendidikan
  6. Menetapkan aktivitas belajar dan mata pelajaran
  7. Mengorganisasi pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit pelajaran
  8.  Pengujian kurikulum yang dikembangkan
  9. Pelaksana kurikulum baru
  10.  Evaluasi dan revisi berikutnya.

Langkah-langkah membuat kurikulum kelas:
1.      Menentukan tema.
2.      Membuat jaringan topic.
3.      Desain bidang studi.
4.      Menentukan indicator dari beberapa hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

  • *      Haryati, Nik, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Bandung: Alfabeta, 2011
  • *      Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
  • *      Pradipto, Y Dedy, Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional, Yogyakarta: Kansius, 2007
  • *      Sudjana, Nana, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996



[1] Nana Sudjana.1996.Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.Bandung: SINAR BARU ALGENSINDO. Hal 145-147
[2] Muhaimin.2012.Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi.Jakarta: Raja Wali Pers. Hal 13-14
[3] Y Dedy Pradipto.2007.Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional.Yogyakarta: KANISIUS. Hal 119

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMUGA BERMAMFAAT