BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran guru
merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya,
karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses
pembelajaran merupaka inti dari proses pendidikan keseluruha.
Proses pembelajaran merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam siusi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu, diman dalam proses tersebut terkandung multiperan dari guru.
Dan Ketampilan dasar mengajar (teaching
skill) merupakan suatu karakteristik umum dari seorang yang berhubungan
dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan.
Ketampilan dasar mengajar (teaching skill) pada dasarnya adalah berupa
bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh
seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya
secara terencana dan profesional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
saja peran guru dalam proses pembelajaran?
2. Apa
saja keterampilan seorang guru dalam mengajar?
C. Tujuan Permaslahan
1. Untuk
mengetahui peran guru dalam proses pembelajaran
2. Untuk
mengetahui keterampilan guru dalam mengajar
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Mengoptimalkan Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran
Saat
ilmu pengetahuan masih sedikit (terbatas), dan teknologi masih belum berkembang
seperti saat ini, maka peran utama guru disekolah adalah menyampaikan ilmu
pengetahuan sebagai warisan kebudayaan masa lalu yang dianggap berguna sehingga
perlu dilestarikan. Dengan pernyataan seperti itu maka seorang guru sebagai
sumber belajar bagi siswa, dan siswa akan belajar dari apa yang disampaikan
oleh seorang guru. Maka dari itu, terdapat pepatah mengatakan “bagaimana pintarnya, maka tidak mungkin
dapat mengalahkan pintarnya guru”[1].
Mengingat kondisi saat ini, dimana tekhnolgi yang semakin canggih, apakah
kondisi tersebut masih tetap bertahan dan apakah ilmu pengetahuan yang sebagai
warisan masa lalu hanya dapat dikuasai dengan mendengarkan ucapan seorang guru?
Tentu saja tidak akan bisa bertahan, karena dengan adanya teknologi dan
informasi yang semakin berkembang dan canggih maka siswa dapat belajar dan
mendapatkan informasi dari berbagai sumber.
Namun,
meskipun demikian guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peran yang
sangat penting dan komplek. Mengingat hebatnya toknologi dan informasi yang
semakin berkembang peran guru akan tetap diperlukan. Kecanggihan tekhnologi
yang memudahkan siswa untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan, hal itu
tidak akan bisa mengubah peran seorang guru. Terdapat beberapa peran guru dalam
proses pembelajaran, yaitu:
1. Guru
Sebagai Sumber Belajar
Guru
sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai
sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Siswa bisa
menilai baik atau tidak seorang guru itu dari penguasaan materi. Dikatakan guru
yang baik oleh peserta didik manakala guru bisa menguasai pelajaran yang baik
sehingga ia berperan sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Apapun yang
ditanyakan oleh peserta didik yang berkaitan dengan materi, seorang akan
menjawab pertnyaan itu dengan penuh keyakinan[2]. Namun
sebaliknya, dikatakan guru yang kurang baik manakala ia tidak memahami materi
yang diajarkan. Dan apabila ada pertanyaan dari siswa yang berkaitan dengan
materi, ia malah tidak menghiraukan dan mengalihkan pembicaraan. Ketidak
pahaman seorang guru terhadap materi ditunjukkan dari tingkah laku dan gerak
gerik tubuhnya, misalnya guru tidak berani melakukan kontak mata, dan sering duduk
di kursi sambil membaca. Perilaku guru yang demikian bisa menyebabkan hilangnya
kepercayaan pada diri siswa dan sulit mengendalikan dan mengeola kelas.
Guru
sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaklah guru melakukan
hal-hal sebagai berikut[3]:
- Seorang
guru harus mempunyai bahan bacaan (refrensi) yang lebih banyak. Hal ini
untuk menambah pemahaman baik pada guru tentang materi yang akan
disampaikan pada siswa, serta siswa mudah memahami.
- Guru
dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang
biasanya memilki kecepatan di atas rata-rata siswa yang lain.
- Guru
perlu melakukan pemetaan tentang materi pembelajaran, misalnya dengan
menentukan materi inti yang dipelajari peserta didik, mana materi
tambahan, mana materi yang harus diingat kembali dan lain sebagainya[4].
2. Guru
Sebagai Fasilitator
Dalam
hal ini, guru berperan dalam memmberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam
kegiatan proses pembelajaran. Usaha sungguh-sungguh yang dilakukan seorang
guru, karena ia ingin guru menyajikan bahan pelajaran dengan baik. Dalam proses
penyajian bahan pelajaran menunjukkann bahwa proses pembelajran berorientsi
pada guru. Penyajian bahan pembelajaran tersebut mengandung makna kalau tujuan
mengajar adalah mempermudah peserta didik dalam belajar. Inilah hakikat peran
fasilitator dalam proses pebelajaran[5].
Agar
dapat melakukan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada
beberapa hal yang harus dipahami, khususnya pada hal-hal yang berhubungan
dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran[6].
- Guru
perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi
masing-masing media. Pemahaman akan fungsi media sangat diperlukan, karena
belum tentu media cocok digunakan untuk mengajakan semua bahan
pembelajaran.
- Guru
perlu mempunyai keterampilan dalam merancan suatu media. Kemampuan
merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimilki seorang
guru profesional. Dengan perancangan media yang cocok akan memudahkan
proses pembelajaran, sehingga pada gilirannya tujuan pembelajaran akan tercapai
secara optimal.
- Guru
dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat
memanfaatkan berbagai sumber belajar. Perkembangan tekhnologi informasi
menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti perkembangan tekhnolgi
mutakhir. Berbagai perkembangan tekhnolgi informasi memungkingkan setiap
guru bisa menggunakan berbagai pilihan media yang di anggap cocok.
- Sebagai
fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi
dan berinteraksi dengan peserta. Hal ini sangat penting, kemampuan
berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan peserta didik menangkap
pesan sehingga dapat meningkat motivasi belajar siswa.
3. Guru
Sebagai Pengelola
Sebagai
pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang
memungkinkan peserta didik dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan
kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya
proses belajar seluruh peserta didik. Dalam hubungan dengan pengelolaan
pembelajaran, Alvin C. Eurich dalam buknya Wina Sanjaya menjelaskan
prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru[7], sebagi
berikut:
- Segala
sesuatu yang dipelajari peserta didik, maka ia harus mempelajari sendiri.
- Setiap
peserta didik yang belajar memiliki kecepatan masing-masing.
- Seorang
peserta didik akan belajar lebih banyak manakala setiap setelah
melaksanakan tahapan kegiatan diberikan rainforcement.
- Penguasaan
secara penuh darii setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan
lebih berarti.
- Apabila
peserta didik diberi tanggung jawab, maka ia lebih termotivasi untuk
belajar.
Dalam
melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada 2 macam kegiatan yang harus dilakukan
yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan belajar peran sebagai sumber
belajar itu sendiri. Sebagai manajer, guru memilki empat fungsi umum[8], yaitu:
1) Merencanakan
tujuan belajar
2) Mengorganisasikan
sebagai sumber beajar untk mewujudkan sumber belajar
3) Memimpin,
yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa
4) Menguasai
segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam
rangka pencapaian tujuan.
Fungsi
merencanakan merupakan fungsi yang sangat penting bagi seorang manajer.
Kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan fungsi perncanaan diantaranya
memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus dan
RPP dan lain sebagainya.
Fungsi
pengorganisasian melibatkan penciptaan sengaja suatu lingkungan pembelajaran
yang kondusif serta melakukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka
mewujudkan tujuan program pendidikan yang telah direncanakan.
Fungsi
pemimpin adalah fungsiya yang bersifat pribadi yang melibatkan gaya tertentu.
Tugas memimpin ini adalah berhubungan dengan membimbing, mendorong, dan
mengawasi peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Fungsi
mengawasi bertujuan untuk mengusahakan peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan
rencana yang telah disusun.
4. Guru
Sebagai Demonstrator
Guru
sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukan kepada siswa segala
sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang
disampaikan. Terdapat dua konteks Guru sebagai demonstrator. Pertama,
sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sikap-sikap terpuji. Kedua,
sebagai demonstrator guru harus menunjukkan bagaimana caranya agar setiap
materi peajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa[9].
5. Guru
Sebagai Pembimbing
Siswa
adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setaip
pebedaan. Artinya tidak ada individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin
mereka ada kemiripan tetapi pada hakikatnya mereka berbeda baik dalam bidang
bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Perbedaan itulah yang menuntut guru
harus brperan sebagai pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan
berbagai potensi yang dimilkinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa
agar agar dapat mencapai dan melaksnakan tugas-tugas perkembangan mereka,
sehingga ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal
yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
Agar
seorang guru sebagai pembimbing yang baik, maka ada beberapa hal yang harus
dimiliki, di antaranya: pertama, guru harus memilki pemahaman tentang
anak yang sedang dibimbingnya. Kedua, guru harus memahami dan terampil
dalam merencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai
maupun merencanakan proses pembelajaran[10].
6. Guru
Sebagai Motivator
Dalam
proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis.yang sangat
penting, sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan karena kemampuannya
yang kurang tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia
tidak berusaha untuk mengarahkan segala kemampuannya. Dengan demikian, bisa
dikatakan siswa yang beerprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuan
yang rendah pula, etapi mungkin disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula,
tetapi mungkin disebabkan tidak adanya dorongan dan motivasi.
Motivasi
adalah suatu ungkapan atau dorongan yang bisa membuat individu melakukan
kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Perilaku seseorang atau tindakan yang
dilakukan dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung pada motivasi.
Untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal guru yang kreatif membangkitkan motivasi
belajar siswa. Beberapa petunjuk yang dikemukakan, yaitu[11]:
- Memperjelas
tujuan yang hendak dicapai
Tujuan
yang jelas dapat membuat siswa paham kearah ke arah mana yang hendak dicapai
- Membangkitkan
minat siswa
Siswa
akan terdorong untuk belajar manakala mereka mamilki minat untuk belajar. Mengembang
minat belajar merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar.
- Ciptakan
suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa
hanya munkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang
menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut.
- Berilah
pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
Motivasi
akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar
merupkan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan.
- Berikan
Penilaian
Banyak
siswa yang belajar karena ingi memperoleh nillai bagus. Untuk itu siswa belajar
dengan giat. Bagi sebagian anak nilai merupakan motivasi anak dalam dalam
belajar.
- Berilah
komentar pada hasil pekerjaan siswa
Siswa
butuh penghargaann. Penghargaan bisa dilakukan dengan komentar yang positif,
berupa bagus, tingkatkan prestasimu, lebih ditingkatkan lagi.
- Ciptakan
persaingan dan kerjasama
Persaingan
yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses
belajar siswa.
7. Guru
Sebagai Evaluator
Sebagai
evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Penilaian (evaluator) perlu
dilakukan, karena dalam penilaian guru dapa mengetahui keberhasilan pencapaian
tujuan, penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, serta ketetapan metode
mengajar yang digunakan. Tujuan lain penilaian antara lain ialah mengetahui
kedududukan siswa didalam kelas dan kelompoknya.
Dengan
cara menelaah pencapian tujuan mengajar, guru dapat mengetahui apakah proses
belajar mengajar yang dilakukan efektif , cukup memberikan hasil yang baik dan
memuaskan, atau bahkan sebaliknya. Maka jelas bahwa guru hendaknya mampu dan
terampil dalam melaksankan penilain, karena dalam penilaian guru dapat
mengetahui mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksakan
proses pembelajaran[12].
Dalam
evaluator atau penilaian bukan hanya melaksakan tes pada siswa, namun penilaian
tes itu hanya sebagian, namun penilaian tersebut bisa dillaksanakan dengan
mengevaluasi proses dan hasil belajar mengajar dikelas. Informasi yang
diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap proses belajar
mengajar, dimana umpan balik disini djadikan titik tolak untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajr kedepannya.
Terdapat
dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator, pertama,
evaluasi untuk menentukan keberhasilan peseta didik. Kedua, evaluasi
untuk menentukan keberhasilan seorang guru[13].
1) Evaluasi
Untuk Menentukan Keberhasilan Peseta Didik
Sebagai
kegiatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan peserta didik, evaluasi
megang peranan yang sangat penting. Sebab, melalui evaluasi guru dapat
menetukan apakah peserta didik yang diajarkan sudah memilki kompetensi yang
telah ditetapkan sehingga mereka layak diberikan program pembelajaran baru,
atau sebaliknya.
2) Evaluasi
Untuk Menentukan Keberhasilan Seorang Guru
Evaluasi
dilakukan bukan hanya pada pesrta didik, akan tetapi dapat digunakan untk
menilai kinerja guru itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi apakah guru telah
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan atau belum, dan apa
saja yang perlu diperbaiki. Evaluasi yang dilakukan untuk menentukan
keberhasian seorang guru tentu saja tidak sekomplek untuk menilai keberhasilan
peserta didik, baik dilihat dari waktu pelaksanaan maupun dari aspek
pelaksanaan.
B. Keterampilan Dasar Mengajar Bagi Guru
Ketampilan dasar mengajar (teaching
skill) merupakan suatu karakteristik umum dari seorang yang berhubungan
dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan.
Ketampilan dasar mengajar (teaching skill) pada dasarnya adalah berupa
bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh
seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya
secara terencana dan profesional. Keterampilan dasar mengajar guru secara
aplikatif indikatornya dapat digambarkan sembilan keterampilan mengajar, yaitu:
- Keterampilan
Membuka dan Menutup Pelajaran
- Membuka
Pelajaran
Kegiatan
membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memulai pempelajaran.
Membuka pelajaran adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang
guru dalam kegiatan pembelajar untuk memciptakan prakondisi bagi siswa agar
mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya, sehingga
usaha tersebut akan memberikan efekyang positif terhadap kegiatan belajar.
Kegiatan
membuka pelajaran merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan guru,
karena dengan permulaan yang baik akan mempengarui jalannya kegiatan belajar
selanjutnya. Bila berhasil melakukan kegiatan pembukaan, maka sangat
dimungkinkn kegiatan inti dan penutup akan berhasil.
Menurut
Permindiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses satuan pendidikan dasar
dan menengah menjelaskan bahwa yang dilakukan guru dalam kegiatan pendahuluan
adalah:
- Menyiapkan
siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran
- Melakukan
apersepsi, yaitu mengkaitkan pengetahuan sebelumnya dan meteri yang akan
dipelajari
- Menjelaskan
tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai
- Menyampaikan
cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus dan
RPP
Komponen-komponen
keterampilan membuka pelajaran[14]
meliputi:
- Menarik
perhatian siswa
- Menimbulkan
motivasi dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang
bertentangan, memperhatikan minat
siswa disertai dengan kehangatan dan keantusiasan.
- Memberi
acuan melalui berbagai usaha
- Membuat
kaitan atau hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari dengan
pengalaman dan pengetahuan yang dikuasai oleh siswa.
- Menutup
Pelajaran
Menutup
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri pelajaran. Usaha
menutup pelajaran memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah
dipelajari, mengetahui tingkat pencpaian siswa dan tingkat keberhasilan guru[15].
Cara
yang dapat dilakukan oleh dalam menutup pelajaran adalah:
- Meninjau
kembali penguasaan inti pelajaran dengan erangkum inti dan membuat
kesimpulan.
- Mendorong
siswa secara psikologis dan sosial kepada siswa
- Memberi
petunjuk untuk pelajaran atau topik berikutnya
- Mengevaluasi,
bentuk evaluasi dapat berupa memberikan soal-soal tertulis, mengungkapkan
pendapat siswa sendiri.
- Keterampilan
Bertanya
Bertanya
adalah salah satu teknik untk menarik perhatian para pendengarannya, khususnya
menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian dan prlu dipertanyakan[16]. Untuk
mengembangkan potensi dan aktualisasi diri dapat dilakukan dengan berbagai
cara, salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan cara bertanya.
Bertanya sangat biasa dilakukan siswa dlam tiap kesempataan, untuk it guru
harus mampu menfasilitasi kemampuan bertaya siswa untuk digunkan dalam kegiatan
pembelajaran.
Kegiatan
tanya jawab harus dilakukan secara tepat, berkenaan dengan memberikan
pertanyaan yang baik menurut Uzer Usman ada beberpa ciri, yaitu:
- Jelas
dan mudah dimengerti oleh siswa
- Berisi
informasi yang cukup agar siswa bisa menjawab pertanyaan.
- Difokuskan
pada suatu masalah atau tugas tertentu
- Berikan
waktu yang cukup pada siswa untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan
- Berikan
pertanyaan kepada seluruh siswa secara merata
- Berikan
respon yang ramah dan menyenagkan sehingga timbul kebernian siswa untuk
menjawab dan bertanya.
- Tuntunlah
jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.
- Diusahakan
menghindari kebiaasaan yang perlu dihindari[17]
·
Mengulangi
pertanyaan sendiri
·
Mengulangi
jawaban siswa
·
Menjawab
pertanyaan sendiri
·
Membuat
pertanyaan yang memancing jawaban serentak
·
Membuat
pertanyaan ganda
- Keterampilan
Menjelaskan
Mnjeaskan
adalah mendiskripsikan secara lisan tentang suatu benda, keadaan, fakta, dan
data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan
suatu aspek penting yang harus dimilki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran
menurut guru untuk memberikan penjelasan[18]. Oleh
karena itu keterampilan guru perlu ditingkatkan agar dapat mencapai hasil yang
optimal.
Keterampilan
menjelaskan salah satu keterampilan yang amat yang penting. Secara garis besar
komponen menjeaskan terdiri dari:
a. Pengarahan
b. Bahasa
yang sederhana, lugas, dan mudah dipahami
c. Memberikan
contoh yang banyak dan sesuai dengan topik yang disajikan.
d. Struktur
materi yang disampaikan harus jelas dengan penekanan pada pokok-pokok materi.
e. Penuh
variasi dalam penyampaian materi
f. Melakukan
latihan dan umpan balik.
- Keterampilan
Mengelola Kelas
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan untuk meciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikan apabila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran,
seperti menghentikan perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas,
memberikan ganjaran bagi siswa yang tepat waktu daam menyelesaikan tugas atau
penetapan norma kelompok yang produktif[19].
Beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan komponen mengelola kelas adalah:
- Kehangatan
dan keantusiasan
- Penggunaan
bahan-bahan yang menentang akan meningkatkan gairang belajar siswa
- Perlu
dipertimbangkan penggunaa variasi media, gaya belajar, dan pola interaksi.
- Diperlukan
keluesan tingkah laku dalam mengubah strategi mengajarnya untuk mencegah gangguan-gangguan
yang timbul.
- Penekanan
hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian dap hal-hal yang
negatif
- Mendorong
siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan cara memberi contoh
dalam perbuatan guru sehari-hari.
Komponen
yng harus dperhaatikan dalam mengelola kelas[20], yaitu:
- Keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal.
- Keteramilan
yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal
- Menemukan
dan memecahkan tingkah yang menimbulkan masalah[21]
- Ketermpilan
Memberi Penguatan (Reinforcement skills)
Penguatan
(Reinforcement skills) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat
verbal maupun non verbal, yang merupakan bagian dan modivakasi tingkah laku
guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau
umpan balik bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun
koreksi.
Al-Ghazali
dalam kitabnya Tahdzib Al-Akhlak wa Mu’alajat Amradh al-qulub
mengemukakan, bahwa satiap kali seorang anak menunjukkan perilaku mulia atau
perbuatan yang baik seyogyanya ia memperoleh pujian dan jika perlu diberi
hadiah atau insiatif dengan sesuatu yang mengembirakannya atau ditujukan pujian
kepadanya di depan orang sekitar[22].
Jenis-jenis
penguatan
- Penguatan
Verbal
Penguatan
Verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata, baik pujian,
penghargaan dan persetujuan
- Penguatan
non verbal
a. Penguatan
dengan gerak isyarat
b. Penguatan
mendekati anak
c. Pendekatan
dengan sentuhan
d. Penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan
e. Penguatan
berupa simbol atau benda[23]
- Keterampilan
Variasi Stimulus
Variasi
stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi
belajar mengajar, siswa menunjukkan ketekukanan, serta penuh partisipasi.
Ada
tiga variasi stimulus yang dapat dilakukan guru[24], yaitu:
- Variasi
dalam cara mengajar guru, meliputi: penggunaan variasi suara, pemusatan
perhatian, kesenyapan atau kebisuan guru, mengadakan kontak pandang, gerak
guru, mimik (ekspresi wajah) dan pergantian posisi guru serta gerak guru
didalam kelas.
- Variasi
dalam penggunaan media pembelajaran. Variasi penggunaan alat media
pembelajaran, variasi atau alat yang dapat dilihat, didengar seta bisa
diraba, seperti audio visual.
- Variasi
pola interaksi dan kegiatan siswa. Penggunaan pola ineraksi dimaksudkan
tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupakan suasan
kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
- Keterampilan
Mengajar Kelompok Kecil Atau Perorangan
pengajaran
kelompok kecil atau perorangan untuk melibatkan antara tiga sampai deapan orang
untuk kelompok kecil dan tentu saja tidak menghadapi satu kelompok saja akan
tetapi guru menghadapi banyak kelompok
dan banyak siswa yang masing-masing mempunyai kesempatan untuk bertatap muka
secara kelompok dan perorangan.
Dalam
hal ini, peran guru lebih banyk berfungsi sebagai berikut[25]:
- Organisator
kegiatan belajar mengajar
- Sumber
informasi bagi siswa pendorng siswa untuk belajar
- Penyediaan
materi belajar bagi siswa
- Mendiagnosa
kesulitan siswa dan memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan
- Peserta
kegiata yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan peserta lain.
- Keterampilan
Membimbing Diskusi Dalam Kelompok Kecil
Diskusi
kelompok adalah suatu proses yang teratur yang meibatkan sekelompok orang dari
tiga sampai lima orang peserta dalam kelompok, sebagai interaksi tatap muka
untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah.
Keterampilan
membimbing diskusi dalam kelompok kecil bertujuan sebagai berikut[26]:
- Siswa
dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan
baru untuk memecahkan masalah.
- Siswa
dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berfikir dan
berkomunikasi
- Siswa
terlibat dalam perencanaan pengambilan keputusan.
- Keterampilan
Mengadakan Evaluasi
- Memperhatikan
dan mengadakan penjajakan kemajuan murid
- Mengadakan
diagnosa dan kelemahan murid dalam segi tertentu
- Mencari
pemecahan yang bersifat mengatasi kesulitan, kelemahan dalam segi-segi tertentu
- Mengembangkan
berbagai cara mengadakan evluasi
- Mendorong
agar murid berani mengadakan evaluasi pada dirinya.[27]
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Guru
dalam proses belajar mengajar mempunyai peran yang sangat penting dan komplek.
Mengingat hebatnya toknologi dan informasi yang semakin berkembang peran guru
akan tetap diperlukan. Kecanggihan tekhnologi yang memudahkan siswa untuk
mendapatkan informasi dan pengetahuan, hal itu tidak akan bisa mengubah peran
seorang guru. Terdapat beberapa peran guru dalam proses pembelajaran, yaitu:
guru sebagai sumber belajar, guru sebagai fasilitator, guru sebagai pengelola,
guru sebagai demonstrator, guru sebagai pembimbing, guru sebagai motivator,
guru sebagai evaluator.
Ketampilan
dasar mengajar (teaching skill) merupakan suatu karakteristik umum dari
seorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan
melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif
indikatornya dapat digambarkan sembilan keterampilan mengajar, yaitu:
- Keterampilan
Membuka dan Menutup Pelajaran
- Keterampilan
Bertanya
- Keterampilan
Menjelaskan
- Keterampilan
Mengelola Kelas
- Ketermpilan
Memberi Penguatan (Reinforcement skills)
- Keterampilan
Variasi Stimulus
- Keterampilan
Mengajar Kelompok Kecil Atau Perorangan
- Keterampilan
Membimbing Diskusi Dalam Kelompok Kecil
- Keterampilan
Mengadakan Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Mujib. Strategi Pembelajaran. (Bandung: Remaja Posda Karya. 2014)
Marno.
Strategi dan Metode Pengajaran. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2009)
Rusman.
Model-model pembelajaran. (jakarta: Raja Grafindo Persada. 2013)
Saiful
Arif. Etika Profesi. (Surabaya: Pena Salsabila. 2014)
Waqiatul
Masruroh. Praktek Mengajar 1. (Surabaya: Pena Salsabila. 2013)
Wina
Sanjaya. Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana. 2006)
[1] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 20
[2] Saiful Arif, Etika Profesi,
(Surabaya: Pena Salsabila, 2014), hlm. 67
[3] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran, hlm.21
[4] Saiful Arif, Etika Profesi,
hlm. 68
[5] Ibid, hlm. 69
[6] Ibid, hlm. 69
[7] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran, hlm. 23
[8] Saiful Arif, Etika Profesi,
hlm. 71
[9] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran, hlm. 25
[10] Ibid, hlm.26
[11] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran, hlm. 28-30
[12] Rusman, Model-model
pembelajaran, (jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013), hlm. 64
[13] Saiful Arif, Etika Profesi,
hlm. 78-80
[14] Waqiatul Masruroh, Praktek
Mengajar 1, (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), hlm. 24
[15] Ibid, hlm. 24-25
[16] Abdul Mujib, Strategi
Pembelajaran, (Bandung: Remaja Posda Karya, 2014), hlm. 234
[17] Masruroh, Praktek Mengajar
1, hlm. 28-29
[18] Masruroh, Praktek Mengajar
1, hlm. 27-28
[19] Rusman, Model-model
pembelajaran, hlm. 90
[20] Masruroh, Praktek Mengajar
1, hlm. 27
[21] Rusman, Model-model
pembelajaran, hlm. 91
[22] Abdul Mujib, Strategi
Pembelajaran, hlm. 236
[23] Marno, Strategi dan Metode
Pengajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 135-137
[24] Abdul Mujib, Strategi
Pembelajaran, hlm. 239-240
[25] Masruroh, Praktek Mengajar
1, hlm. 34-35
[26] Abdul Mujib, Strategi
Pembelajaran, hlm. 246
[27] Masruroh, Praktek Mengajar
1, hlm. 38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar