Sabtu, 30 Juni 2012

Kehidupan Muhammad Abduh

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Hamdân Wâ Syukrân kehadirat Rabb Al-‘Izzati yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”konsep Pendidikan islam dalam persefektif Muhammad Abduh”.
Shalâtan Wâ` Salâman semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari kejahilan menuju alam yang penuh dengan pengetahuan.
Salahsatu tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai guna memenuhi tugas mata kuliyah Filsafat Pendidikan Islam.Penulismenyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan serta penyusunannya. Oleh karena itu, kritik serta saran maupun sumbangan pemikiran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan isi makalah ini sangat penulis harapkan.
Akhîrân, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua kelak. Amin………………..
Wassalamualaikum Wr.Wb

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Manfaat Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kehidupan Muhammad Abduh 3
B. Pemikiran dan pembaruan Abduh dalam pendidikan islam di mesir 4
C. Kiprah Abduh sebagai ulama’ pendidikan serta Pengaruhnya terhadap ulama al-Azhar. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Setiap manusia di anjurkan bahkan diharuskan untuk belajar karena tidak adaistilah terlambat dalam mencari pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh dimana saja dan kapanpun saja.Dalam kegiatan sehari-hari, duniawi ataupun yang bersifat ukhrawi tidak menutup kemungkinan harus didasari ilmu pengetahuan.
من اراد الدنيا فعليه بالعلم ومن اراد الأخيرة فعليه باالعلم ومن ارادهما فعليه باالعلم
Manusia hidup pada hakikatnya menuju dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Allah swt hanya dapat di dekati oleh pribadi yang berhati jernih, manusia merupakan persoalan inti dalam proses pendidikan.
Dari sekian banyaknya pendidikan yang ada, khususnya pendidikan islam baik di lembaga pendidikan formal ataupun nonformal. Penulisberinisiatif memberikan wacana tentang “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM” menurut persefektif Muhammad Abduh yang dikenal sebagai ulama kontemporer, kiprah Abduh sebagai ulama’ pendidikan serta pengaruhnya terhadap ulama al-Azhar.
Dan penulis akanberusaha sebaik mungkin menjelaskan, yang berkenaan dengan pemikiran, pembaruan,dan kiprah Muhammad Abduh. Gunasebagai pemenuhan tugas mata kuliyah filsafat pendidikan islamterhadap penulis khususnya, dan kepada mahasiswa/I kelas A prodi PBA jurusan tarbiyah sekolah tinggi agama islam negeri [STAIN] pamekasan pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan yang ada di latar belakang, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian pendidikan menurut Muhammad Abduh?
2. Apa saja pembaruan Muhammad Abduh? serta
3. Sejauh mana kiprah Muhammad Abduh sebagai ulama pendidikan?
C. Manfaat Penulisan
Dengan banyaknya pendidikan, secara khusus kita dapat mengatahui:
4. Pengertian pendidikan menurut Muhammad Abduh
5. Pembaruan yang di bawa oleh Muhammad Abduh
6. Sejauh mana kiprah Muhammad Abduh sebagai ulama pendidikan serta pengaruhnya terhadap para ulama mesir.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Kehidupan Muhammad Abduh
Muhamamad Abduh lahir pada tahun 1265H/1849M di sebuah desa Mahallah Nasr provinsiGharbiyyah.Ayahnya berasal dari Turki yang bernama Akhsan Khairullah.
Dia menikah dengan seorang perempuan yang namanya Junaidah Uthman yang menurut sebagian riwayat berintisab dari keturunan bangsa Arab yang punya silsilah secara langsung mengerucut sampai pada keluarga sahabat Umar bin Khattab.
Pada tahun 1862 M, Muhammad Abduh belajar agama di masjid syekh Ahmad di Thanta berkat motivasi pamannya Syekh Darwis Khadar (penganut Thariqah Sadziliyah dan bermadzhab maliki).Pendidikan selanjutnya, di tempuh di universitas al-Azhar.Ketika di al-Azhar, ia memperoleh pengalaman sangat berkesan dari gurunya Syekh Hasan al-Thawil Dan Syekh Muhammad al- Basyuni. Selain itu, sempat berkenalan dan menjadi peserta didik Jamaluddin al-Afghani. dan menamatkannya pada tahun 1877 M dengan mendapat gelar al-Alim. Kemudian memulai karirnya sebagai pengajar, profesi yang paling disukainya selain menulis.Kehausan Abduh akan ilmu pengetahuan mendorongnya untuk selalu memperluas cakrawala pengetahuannya. Hal itu, dibuktikan dengan mempelajari bahasa perancis pada usiannya yang ke 44.
Pada tahun 1884, ia diminta oleh al-Afghani untuk datang ke paris dan bersama-sama menerbitkan majalah al-Urwah al-Wusqa.Ia pergi ke Beirut dan mengajar di sana. Akhirnya, atas bantuan temannya,--di antaranya seorang berkebangsaan inggris—pada tahun 1888 ia kemudian diizinkan pulang ke Kairo dan diangkat sebagai hakim sekaligus sebagai mufti mesir pada tahun 1899 sampai ia meninggal pada tahun 1905 dalam usia kurang lebih 56 tahun
B. Pemikiran dan pembaruan Abduh dalam pendidikan islam di mesir
Abduh memiliki pemikiran yang ada hubungannya dengan kebijakan pemerintah tentang pendidikan, dia menegaskan bahwa pendidikan adalah kepribadian harus dibentuk dengan pendidikan dan penanaman nilai-nilai hingga menjadi orang yang baik dan layak karena manusia tidak akan dikatakan utuh kecuali dengan pendidikan.Ia juga menambahkan bahwa pendidikan adalah sarana perubahan.Pendidikan yang benar adalah pendidikan yang didasarkan pada ajaran islam.Pendidikan di sini, berarti mengikuti prinsip-prinsip yang di bawa para nabi dan rasul.
Sebagai seorang teolog yang modernis, Abduh merasa yakin bahwa sains dan islam tidak mungkin bertentangan. Ia menyatakan bahwa agama dan pemikiran ilmiah bekerja pada level yang berbeda. Dan menawarkan prospek-prospek perkembangan sambil tetap mengamankan kontinuitas dari masa lampau.
Pemikiran Abduh dalam suatu sistem pendidikan adalah pendidikan yang fungsional, yang meliputi pendidikan universal bagi semua anak, baik laki-laki maupun perempuan. Laki-laki ataupun perempuan mendapat hak yang sama dari Allah, sesuai dengan firman-Nya QS: Al-Ahzab:33. Dalam pandangan Abduh ayat tersebut menyejajarkan laki-laki dan perempuan dalam hal mendapatkan keampunan dan apabila yang diberikan Allah atas perbuatan yang sama, baik yang bersifat keduniaan maupun agama.Ada beberapa pemikiran yang sejalan dengan tujuan hidup danpendidikannya.Dapat dijelaskan sebagai berikut: a) membebaskan pemikiran dari ikatan taklid, kemadzhaban,serta memahami ajaran agama sesuai dengan jalan yang ditempuh ulama’ zaman klasik (salaf), zaman sebelum timbulnya perbedaan paham, yaitu kembali pada sumber-sumber utamanya.Dan mempertimbangkannya dalam skala penalaran modern. b) memperbaiki bahasa arab yang dipakai baik oleh berbagai institusi pemerintah maupun surat kabar dan masyarakat pada umumnya dalam surat menyurat. c) Menghidupkan kembali buku-buku lama untuk mengenal intelektualisme islam yang ada dalam sejarah, serta mengikuti pendapat-pendapat yang benar sesuai dengan kondisi yang ada. d)Perlawanan terhadap buku-buku yang tendensius, untuk di perbaiki dan disesuaikan dengan pemikiran rasional dan historis.
Dalam kenyataannya, tidak semua ide dan pemikirannya dapat diterima oleh penguasa dan pihak al-Azhar.Penghalang utama yang dihadapinya, adalah para ulama yang berpikiran statis beserta masyarakat awam yang mereka pengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemikiran Abduh adalah:
 Faktor sosial, berupa sikap hidup yang dibentuk oleh keluarga dan gurunya Syekh Darwisy dan Sayyid Jamaludin al-Afghani, di samping itu sekolah yang menerapkan sistem pendididkan yang tidak efektif, serta dengan keagamaan yang statis dan pikiran-pikiran yang fatalistis yang pernah dia alami baik di Thanta atapun di mesir.
 Faktor kebudayaan, berupa ilmu yang diperolehnya selama belajar di sekolah-sekolah formal dari Jamaludin al-Afghani, serta pengalaman yang di timbanya dari barat.
 Faktor politik yang bersumber dari situasi politik di masanya, sejak di lingkungan keluarganya di Mahallah Nashr.
Gerakan pembaruan islam yang dilakukan oleh Muhammad Abduh tidak terlepas dari karakter dan wataknya yang cinta pada ilmu pengatahuan.Jadi, pembaruan mendasar yang diupayakan Muhammad Abduh adalah memahami secara rasional, karena akal (rasio) dapat dijadikan sebagai justifikasi agama, sehingga doktrin-doktrinnya dapat dilogigakan dan didemonstrasikan secara rasional pula.
Gibb dalam salah satu karya terkenalnya, Modern Trends In Islam, menyebutkan empat agenda pembaruan Muhammad Abduh sebagai pemurnian islam dari berbagai pengaruh ajaran yang tidak benar, yaitu:
1. Purifikasi
Purifikasi atau pemurniaan ajaran islam telah mendapat tekanan serius dari Muhammad Abduh berkaitan dengan munculnya bid’ah dah khurafah yang masuk dalam kehidupan beragama kaum muslim.Kaum muslimin tidak perlu memercayai adanya karamah yang dimiliki para wali atau kemampuan mereka sebagai wasilah kepada Allah. Dalam pandangan Muhammad Abduh, seorang muslim diwajibkan menghindarkan diri dari perbuatan syirik.
2. Reformasi
Reformasi pendidikan tinggi islam difokuskan Muhammad Abduh universitas almamaternya, al-Azhar. Ia menyatakan bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya mempelajari buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi dogma ilmu kalam untuk membela Islam. Akan tetapi, kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sains-sains modern, sejarah dan agama eropa, agar diketahui sebab-sebab kemajuan yang telah mereka capai. Usaha awal reformasi Muhammad Abduh adalah memperjuangkan mata kuliyah filsafat agar diajarkan di al-Azhar. Dengan belajar filsafat, semangat intelektualisme islam yang padam diharapkan dapat dihidupakan kembali.
3. Pembelaan islam
Muhammad Abduh lewat Risalah Al-Tauhidinyaberusaha mempertahankan potret Islam dengan menegaskan bahwa jika pikiran manusia dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Hasil yang dicapainya otomatis akan selaras dengan kebenaran Ilahi yang dipelajari melalui agama.
4. Reformulasi
Agenda reformulasi tersebut dilaksanakan Muhammad Abduh dengan cara membuka kembali pintu ijtihadd.
Muhammad Abduh dengan reformulasinya menegaskan bahwa islam telah membangkitkan akal pikiran manusia dari tidur panjangnya. Manusia tercipta dalam keadaan tidak terkekangiayakin bahwa manusia memiliki eksistensi diri dan kemerdekaan di dunia ini. Maka, konsekuensi logisnya adalah manusia mampumemahami nash-nash kitab yang diturunkan dan dasar-dasarnya itulah yang dikenal dengan ijtihad.
C. Kiprah Abduh sebagai ulama’ pendidikan serta Pengaruhnya terhadap ulama al-Azhar.
Sosok Abduh merupakan reformer, keulamaanya tidak bisa diragukan lagi bahkan dari kalangan intelektual kontemporer dikenal dengan sebutan ulama modernis.Salah satu karakteristiknya, dia berani menolak adanya dikotomi ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa Muhammad Abduh tidak menolak sistem yang ditawarkan oleh sistem pendidikan barat untuk dijadikan mata rantai kurikulum yang diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi islam.
Pemikiran Muhammad Abduh sesuai dengan sistem pendidikan pada saat itu, mewariskan dua tipe pendidikan.Tipe pertama pendidikan formal yang diwujudakan dalam seperangkat kurikulum mulai dari tingkat dasar sampai ke tingkat atas.Kurikulum tersebut ialah.
1) Kurikulum al-Azhar
Kurikulum perguruan tinggi al-Azhar disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada saat itu. Dalam hal ini, ia memasukkan ilmu filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar output-nyadapat menjadi ulama modern.
2) Tingkat sekolah dasar
Abduh beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa hendaknya dimulai semenjak kanak-kanak. Dengan memasukkan mata pelajaran agama sebagai inti semua pelajaran yang nantinya dapat memiliki jiwa kepribadian muslim. Jiwa kebersamaan dan nasionalisme yang dapat mengembangkan sikap hidup yang lebih baik, serta dapat meraih kemajuan.
3) Tingkat atas
Upaya ini dilakukan dengan mendirikan sekolah menengah pemerintah untuk menghasilkan ahli dalam berbagai lapangan administrasi, militer, kesehatan, perindustrian, dan sebagainya.
Ketiga paketdi atas merupakan gambaran umum dari kurikulum pelajaran agama yang diberikan dalam setiap tingkat.Dalam hal ini Muhammad Abduh tidak memasukkan ilmu-ilmu barat ke dalam kurikulum yang direncanakan.Dengan demikian. Dalam bidang pendidikan formal muhammad Abduh menekankan pemberian pengetahuan yang pokok, yaitu fikih, sejarah islam, akhlak, dan bahasa.
Dalam pendidikan non formal Muhammad Abduh menekankan terhadap usaha perbaikan (ishlah). Dengan proses pengajaran dan media massa. Ide tersebut di antaranya:
a. Mewujudkan mata pelajaran matematika, geometri, algebra, geografi, sejarah dan seni khat
b. Mewujudkan piawaian dalam penganugerahan sijil
c. Mewujudkan farmasi khusus untuk pelajar Universitas al-Azhar
d. Menyediakan peruntukan gaji guru dari perbendaharaan negara dan waqaf negara.
Dalam bidang metode pembelajarannya, ia membawa cara baru dalam dunia pendidikan pada saat itu. Yaitu metode diskusi yang bertujuan memberikan pengertian yang mendalam pada peserta didiknya serta kegiatan mengajar yang menekankan pada metode yang berprinsip atas kemampuan rasio dalam memahami ajaran Islam dari sumbernya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, sebagai ganti metode verbalisme (menghapal).Sering pula mengajarkan bahasa Arab dengan metode demonstrasi tentang cara-cara menulis huruf Arab dengan jelas dan sederhana.
Menekankan pentingnya pemberian pengertian dalam setiap pelajaran yang diberikan. Ia memperingatkan para pendidik untuk tidak mengajar peserta didik dengan metode menghafal, karena metode demikian hanya merusak daya nalar, seperti yang dialami di sekolah farmasi di masjid Ahmadi di Thanta. . Semuanya, harus punya dasar membaca, menulis, berhitung dan harus mendapatkan pendidikan Agama. Dengan demikian, upaya yang dilakukan untuk Al-Azhar meliputi: 1) Membentuk dewan pimpinan al-Azhar yang terdiri dari ulama besar dari empat madzhab, 2) Menertibkan administrasi al-Azhar dengan menentukan honor yang layak bagi pengajar, membangun ruang khusus untuk rektor dan mengangkat para pembantu rektor, dan 3) Masa belajar diperpanjang dan masa libur diperpendek.
.Bertolak dari posisi ulama pendidikan, Abduh memiliki signifikasi pengaruh besar terhadap ulama-ulama al-Azhar khususnya, para ulama atau calon para ulama institusi al-Azhar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kitab yang pernah ia karang seperti Tafsir al-Manar dan juga aktif menyumbangkan gagasannya lewat berbagai majalah dan surat kabar, seperti al-Ahram (paris), al-Waqaiq al-Misriyah (mesir), dan masih banyak lagi karangan beliau yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Dari berbagai hasil produk tinta emas (karya dalam bentuk buku) dan sejumlah majalah dan surat kabar, baik dalam negeri maupun luar negeri, secara bertahap dia menghasilkan peta perubahan kondisi mesir, baik pemikiran para ulama-nya maupun para calon ulama-nya di al-Azhar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ia menyatakan bahwa agama dan pemikiran ilmiah bekerja pada level yang berbeda. pembaruan mendasar yang diupayakan Muhammad Abduh adalah memahami secara rasional dan pendidikan fungsional
Dalam bidang metode pembelajarannya, ia membawa cara baru dalam dunia pendidikan yaitu metode diskusi yang bertujuan memberikan pengertian yang mendalam terhadap peserta didik sebagai ganti metode verbalisme (menghapal).
Pemikiran Muhammad Abduh sesuai dengan sistem pendidikan pada saat itu, mewariskan dua tipe pendidikan.
1. Pendidikan formal. Yang meliputi:
  •  Kurikulum al-Azhar 
  • Tingkat sekolah dasar 
  • Tingkat atas 
  • Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang di khususkan terhadap ishlah berupa:
a. Mewujudkan mata pelajaran matematika, geometri, algebra, geografi, sejarah dan seni khat
b. Mewujudkan piawaian dalam penganugerahan sijil
c. Mewujudkan farmasi khusus untuk pelajar Universitas al-Azhar
d. Menyediakan peruntukan gaji guru dari perbendaharaan negara dan waqaf negara.
B. Saran
Dalam kegiatan apapun tidak terlepas dari kehilafan dan kesalahan, yang terjadi pada diri seseorang.Oleh karena itu, penulis merasa senang dan berterima kasih apabila ada sumbangan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Khususnya, kepada dosen pengampu serta teman-teman mahasiswa/i kelas A jurusan tarbiyah prodi pendidikan bahasa arab sekolah tinggi agama islam negeri (STAIN) pamekasan.

DAFTAR PUSTAKA

• Zainuddin, Ali Nur, dan Mujtahid, pendidikan islam dari paradigma klasik hingga kontemporer, malang: 2009.
• Nizar samsul, sejarah pendidikan Islam, menelusuri jejak sejarah pendidikan era rasulullah sampai Indonesia. Jakarta: kencana, 2008.
• Siswanto, pendidikan Islam dalam perspektif filosofis, pamekasan madura: STAIN pamekasan pres, 2009.
• Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1987.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMUGA BERMAMFAAT