Kamis, 24 Mei 2012

Perkembangan sya`ir arab

A. Perkembangansyair Arab
syair arab dalam perkembangannya bisa dibagi atas beberapa perodisasi Pertama masa jahiliyah ditandai dengan kehadiran kelompok penyair al Muhalhil (awal abad ke – 6), Ashab Al-Mualaqat seangkatan penyait Umr Al-Qais dan Qis bin Sa'adah. Kedua pada masa permulaan Islam dan daulah Umayah (622 – 759). Ini ditandai dengan kehadiran rombongan penyair Ka-Ab bin Zuhair, kemudian juga penyair gazal (canda), lalu rombongan penyair politik Al-Akhtahal (640 – 710), berikutnya penyair badii rombongan penyair Zi'I Rimmah dan yang lainnya.
Kemudian peride ketiga massa daulat abbasiyah (750 – 1258),ditandai dengan hadirnya penyair baru serombongan dengan Basyar bi Burd, Sa'ir Al Syu'ara, Ibnu Hani, Al-Jahizh. Al-Hamdzaniy dan lainnya. Periode keempat, yaitu periode kemunduran (1268 – 1798), lalu kelima periode kebangkitan pada abad ke 19 sampai paruh pertama abad ke 20. Di zaman inj bias dicatatat sejumlah nama misalnya, Naqula Al-Turq, Ismail Shabariy, Rifa'at Al-Thatawiy, Muhammad Timur dan yang lainnya.
Periode keenam, yaitu zaman kontemporer yang penuh dengan media cetak dan elektronik. Di jaman inilah muncul nama Najib Magfuzh, satu-satunya sastrawan arab yang pernah meraih hadiah Nobel Sastra pada tahun 1988. bersama dia juga muncul nama Prof. Nawel Al Sa'adawih. Sastrawan wanita asal mesir, yang karya-karyanya dikenal luas di Indonesia.
Dalam makalah yang singkat ini, penulis akan berusaha mengungkapkan Tentang Pengertia Syair, Perkembangan Syair pada masa pertama atau masa Jahiliyah dan disebut juga masa Syair Arab Klasik,
B. Macam-Macam Syair
Adapun puisi (Syi'r) terbagi atas dua bagian, yaitu asy-Syi'r al-Ginai dan asy-Syi'r al-Hikami atau asy-Syi'r at-Ta'limi. Asy-Syi'r al-Ginai merupakan puisi hiburan yang berisi ungkapan perasaan sang penyair. Adapun asy-Syi'r al-Hikami atau asy-Syi'r at-Ta'limi adalah puisi yang berisikan pendidikan atau pengajaran.
Dalam hal ini, jenis Syi'r Arab jahiliyah menurut tujuannya terbagi menjadi beberapa macam, sesuai bentuk dan warnanya yang berlainan antara yang satu dengan yang lain, yang semuanya mewarnai corak yang sesuai dengan tujuannya masing-masing.
1. Tasybih/ghazal ialah suatu bentuk puisi yang di dalamnya menyebutkan wanita dan kecantikannya, Syi'r ini juga menyebutkan tentang kekasih, tempat tinggalnya dan segala apa saja yang berhubungan kisah percintaan. Seperti Syi'r A`sa ketika tidak tega ditinggal kekasihnya Harirah:

غَرَّاءٌ فَرْعَاءْ، مَصْقُوْلٌ عَوَارِضُهَا # تَمْشِى اْلهُوَيْنىَ كَمَا يَمْشِى اْلجى الوحل
كَأَنَّ مِشْيَتَهَا مِنْ بَيتِ # جَارَتِها مَرّ السَحَابَةِ لا رَيْثٌ و لا عَجَل

Seolah-olah jalannya dari rumah tetangganya
Seperti jalannya awan tidak lambat dan tidak juga cepat
2. Hammasah/Fakher, jenis Syi'r ini biasanya digunakan untuk berbangga dengan segala macam kelebihan dan keunggulan yang dimiliki oleh suatu kaum. Pada umumnya Syi'r ini digunakan untuk menyebutkan keberanian dan kemenangan yang diperoleh. Seperti Syi'r Rasyid ibn Shihab al- Yaskary yang menantang Qais ibn Mas`ud al-Syaibany di Pasar Ukaz;
وَلاَ تُوعِدنِّى إنـنى إن تـلاَقنى معى مَشْـرِفِىُّ في مضاربـه قَضَمْ
و ذمٌّ يُغَشِّى المرءَ خِزْياً و رهطه لدى السَّرْحة العَشَّاء في ظلها الأَدَمْ
Jangan mengancamku, sungguh bila kau menemui aku
Bersamaku pedang tajam dengan darah yang terus mengalir karena sayatannya
Dan celaan yang membuat pingsan korbannya karena malu dan hina
Disaksikan berbagai kabilah di bawah pohon (di pasar Ukaz) di Qubab Adam (Dhaif, 2001: 200).
Madah, Bentuk Syi'r ini digunakan untuk memuji seseorang dengan segala macam sifat dan kebesaran yang dimilikinya seperti kedermawanan dan keberanian maupun ketinggian budi pekerti seseorang. Seperti Syi'r Nabighah ketika memuji raja Nu`man:

فَإِنَّكَ شَمْسٌ وَ الْمَلُوكُ كَوَاكِبٌ إِذَا طَلَعَتْ لمَْ يَبْدُ مِنْهُنَّ كَوْكَبُ
Kamu adalah matahari sedang raja yang lain adalah bintang
Apabila matahari terbit maka bintang-bintang yang lain tidak mampu menunjukkan diri (Mursyidi, 97).
Atau seperti Syi'r A`sya ketika memuji kedermawanan Muhallik:
Syi'r ini ditulis oleh an-Nabighah untuk memuji kaum Ghassasinah, khususnya kepada raja Amru ibn al-Harits al-Ghassany.

لَهُمْ شِيْمَةٌ لَمْ يُعْطِهَا اللهُ غَيْرَهُمْ مِنَ اْلجُوْدِ، وَاْلأَحْلاَمِ غَيْرَ عَوَازِبِ
رِقَافَ النِّعَالِ، طَيِّبٌ حُجُزَاتُهُمْ يُحَيَّوْنَ بِالرَّيْحَانِ يَوْمَ السَّبَاسِبِ
وَلاَ يَحْسَبُوْنَ اْلخَيْرَ لاَ شَرَّ بَعْدَهُ وَلاَ يَحْسَبُوْنَ الشَّرَّ ضَرْبَةَ لاَزِبِ

Mereka (kabilah Ghassan) memiliki sifat kedermawanan, dan cara berfikir cemerlang yang tidak diberikan oleh Allah kepada yang lain
Sandalnya halus, selalu mengendalikan diri, semua manusia menghormati mereka dengan wangi-wangian pada hari raya sabasib
Mereka sangat berpengalaman, kebaikan tidak melupakan mereka dari kesengsaraan-kesengsaraannya, demikian juga musibah dan penderitaan tidak membuat mereka berputus asa. (Mursyidi, t.t.:90).
3. Rotsa', jenis Syi'r ini digunakan untuk mengingat jasa seorang yang sudah meninggal dunia. Seperti Syi'r Khansa` yang sangat terkenal dengan rangkaian Syi'r ratsa`nya;

يُذَكِّرُنِى طُلُوْعُ الشََّمْسِ صَخْرًا وَ أَذْكُرُهُ لِكُلِّ غُرُوْبِ شَمْسَ
فَلَوْلاَ كَثْـرَةُ البَـاكِيْنَ حَوْلِى عَلَى إِخْوَانِـهِمْ لَقَتَلْتُ نَفْسِى

Aku selalu teringat Sakhr, aku teringat padanya setiap matahari terbit.
Dan aku teringat padanya ketika matahari terbenam.
Aku teringat padanya antara keduanya.
Ingatanku padanya tidak bisa hilang.
Kalau bukan karena aku melihat banyak orang yang menangisi mayat-mayat saudaranya yang mati, mungkin aku sudah bunuh diri.
4. Hijaa', jenis puisi ini digunakan untuk mencaci dan mengejek seorang musuh dengan menyebutkan keburukan orang itu. Seperti Syi'r Zuhair yang mengancam al-Harits ibn Warqa` al-Asady yang merampas unta keluarganya. Warqa` terpaksa mengembalikan untanya yang dirampasnya.

لَيَأْتِـيـَنَّكَ مِنِّى مَنْطِقٌ قَذِعٌ بَاقٍ كَمَا دَنَّسَ اْلقُبْطِـيَّةَ الوَدَكُ

Kamu akan mendapatkan hujatan pedas yang mematikan dariku
Tidak akan bisa hilang seperti baju putih yang terkena lemak
(Dhaif, 2001: 197).

5. I'tidzar, Jenis puisi ini digunakan untuk mengajukan udzur dan alasan dalam suatu perkara dengan jalan mohon maaf dan mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya. Syi'r ini dibuat oleh A'sya untuk meminta maaf kepada Aus ibn Lam (dari kabilah Thayyi') yang sebelumnya dia ejek dengan Syi'r hija'nya

وَإِنِّى عَلىَ مَا كَانَ مِنّىِ لَنَادِمٌ وَإِنّىِ إِلَى أَوْسْ بِنْ لاَمٍ لَتَائِبُ
وَإِنِّى إِلَى أَوْسْ لَيَقِيْلُ عِذْرَتِى وَيُصَفِّحُ عَنىِّ- مَا حَيِيْتُ- لَرَاغِبُ
فَهَبْ لِى حَيَاتِى فَاْلحَيَاةُ لَقَائِمٌ بِشُكْرِكَ فِيْهَا، خَيْرُ مَا أَنْتَ وَاهِبُ
سَأَمْحُو بِمَدْحٍ فِيْكَ إِذْ أَناَ صَادِقٌ كِتَابُ هِجَاءٍ سَارَ إِذْ أَنَا كَاذِبُ

Sesungguhnya aku menyesal atas apa yang telah aku lakukan dan aku mohon ampunan kepada Aus ibn Lam, dan aku mohon ampunan dari Aus dan menghapus segala kesalahanku adalah keinginanku, berilah aku kehidupan dan kehidupan akan terjaga dengan kesyukuranku kepadamu dan pemberianmu adalah yang terbaik aku akan menghapus kesalahanku dengan pujian kepadamu dan ini adalah pengakuan yang jujur sedangkan ejekan kepadamu yang lalu sebenarnya adalah bohong (Al-Iskandary, 1978: 55).
6. Wasfun, Jenis Syi'r ini biasanya digunakan untuk menggambarkan sesuatu kejadian ataupun segala hal yang menarik seperti menggambarkan jalannya peperangan, keindahan alam dan sebagainya. Kebanyakan para penyair jahiliyah adalah orang Badui yang begitu menyatu dengan kehidupan alamnya. Sehingga begitu terpengaruh dengan lingkungannya. Mereka mengambarkan dalam Syi'rnya tentang padang pasir, langit, bintang, angin, hujan, tenda-tenda perkemahan, puing-puing perkampungan, tempat-tempat bermain anak-anak dan unta, tentang kuda dan ciri-cirinya, perjalanan, peperangan, alat-alat perang, perburuan dan peralatannya, hal ini terlihat jelas pada Syi'r-puisnya Imru'ul Qais. Imru al-Qais menggambarkan kudanya dengan ungkapan yang begitu indah;

وَقَدْ أَغْتَدِى وَالطَّيْرِ فِى وُكُنَاتِهَا بِمُنْجَرِدٍ قَيْدِ, الأَوَابِدِ, هَيْكَلِ
مُكِرٍّ مُفِرٍّ, مُقْبِلٍ, مُدْبِرٍ مَعًا كَجَلْمُوْدِ صَخْرٍ حَطَّهُ الِسيْلِ مِنْ عَلِ
يَزِلُّ الغُلاَمُ الجِفُّ عَنْ صَهَوَاتِهِ وبلْوى بِأَنْوَابِ العَنِيْفِ المُثَقَّلِ
لَهْ أيْطَلاَ ظَبْى, وَسَاقَا نَعَامَةٍ وَإِرْخَاءِ سِرْحَانٍ, وَتَقْرِيْبُ تَنْفَلِ

Pagi-pagi aku sudah pergi berburu saat itu burung-burung masih tidur disangkarnya
Mengendarai kuda yang bulunya pendek besar larinya cepat mampu mengejar binatang buas yang sedang berlari kencang
Maju dan mundur bersamaan secepat kilat seperti hanya satu gerakan
Seperti batu besar yang runtuh terbawa banjir dari tempat tinggi
Pemuda yang kurus akan kesulitan duduk di pelananya
Sebagaimana orang yang kasar dan besar juga akan kerepotan merapikan bajunya
Pinggangnya seperti pinggang beruang, kakinya panjang dan keras seperti kaki burung Unta
Kalau berlari ringan seperti larinya kijang, apabila berlari kencang mengangkat kedua kaki depannya bagai larinya serigala liar (Mursyidy, t.t.: 75-77).
7. Hikmah: puisi ini berisi pelajaran kehidupan yang terkenal pada zaman jahiliyah Seperti Syi'rnya Labid,

اَلاَ كُلُّ شَيْئٍ مَا خَلاَ اللهِ بَاطِلُ وَ كُلُّ نَعِيْمٍ لاَ مَحَالَةَ زَائِلُ
وَ كُلُّ أُناَسٍ سَوْفَ تَدْخُلُ بَيْنَهُمْ دويهية تَصْفَرُّ مِنْهَا الأَنَامِلُ
وَ كُلُّ امْرِئٍ يَوْمًا سَيَعْلَمُ غَيْبَهُ إِذَا كُشِفَتْ عِنْدَ الالَهِ الْحَصَائِلُ
Sesungguhnya segala sesuatu selain Allah pasti akan lenyap
dan setiap kenikmatan pasti akan sirna.
Setiap orang pada suatu saat pasti akan didatangi oleh
maut yang memutihkan jari-jari.
Setiap orang kelak pada suatu hari pasti akan tahu amalannya
jika telah dibuka catatannya di sisi Tuhan (Al-Iskandary, 1978: 88-89).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMUGA BERMAMFAAT