Sabtu, 01 Juni 2013

PENDIDIKAN DAN SASTRA



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Berpuluh-puluh tahun dari mulai berdirinya bangsa ini, pendidikan kita yang mengedepankan sains dan teknologi, cenderung mengabaikan dan menggeser aspek-aspek humaniora. Bidang-bidang seperti budaya dan seni (termasuk di dalamnya sastra) merupakan bidang-bidang yang cenderung dianak tirikan. Padahal, melalui bidang-bidang inilah kepribadian dan kemanusiaan kita: kepekaan sosial, religi, kehalusan rasa, pembangunan nilai, moral, budi pekerti, dan sejenisnya, terolah dan terasah.
Bukti pengabaian ini misalnya bisa dilihat dari sedikitnya porsi pembelajaran sastra sejak jenjang Sekolah Dasar (SD). Sastra, seperti pada jenjang-jenjang pendidikan di atasnya, merupakan bagian dari mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Akan tetapi, kenyataan di lapangan memperlihatkan mata pelajaran ini lebih didominasi oleh pelajaran tata bahasa. Penelitian A. Chaedar Alwasilah, misalnya, membuktikan bahwa di sekolah-sekolah, sastra hanya diajarkan sebanyak rendah3,6% saja. Dan, dalam pembelajaran yang hanya rendah3,6% tersebut, pembelajaran lebih ditekankan pada aspek pengetahuan (kognitif), bukan afektif.
Titik berat pembelajaran sastra pada aspek pengetahuan (hafalan) tersebut sudah dikeluhkan banyak pihak sejak tahun 1955-an. Dari mulai H.B Jassin dan Wildan Yatim (Prisma, 1979), Ajip Rosidi (1970), hingga para pengamat dan ahli sastra, serta para pengajar sastra hari ini. Dan, kondisinya belum banyak berubah meski kurikulum telah berkali-kali berganti dengan perumusan tujuan pembelajaran sastra yang lebih ideal.
Sastra pada dasarnya adalah ungkapan sastrawan hasil pengalaman dan penghayatannya terhadap kehidupan. Oleh karena itu, dalam sastra terkandung
pandangan, penilaian, dan penafsiran sastrawan tentang kehidupan. Kehidupan itu sendiri sangat luas, meliputi persoalan-persoalan kemanusiaan, baik yang sifatnya individual, maupun persoalan sosial, politik, dan budaya yang lebih luas dengan berbagai dimensi dan berbagai nilainya.Sastra, meminjam ungkapan Mathew Arnold, adalah criticsm of life, senantiasa kritis terhadap persoalan-persoalan kehidupan dan selalu berupaya memancarkan pandangan-pandangan untuk memperbaikinya.
Dengan karakteristik sastra tersebut, sudah sepatutnya pembelajaran sastra diarahkan untuk mereguk manfaat-manfaat sastra, yakni untuk lebih memahami dan memperkaya wawasan kehidupan, mempertajam watak dan kepribadian, memperhalus budi pekerti, cipta, rasa, karsa, kepekaan sosial, budaya, religi, dan kepekaan pada nilai-nilai kemanusiaan. Ini semua akan tumbuh jika pembelajaran sastra diarahkan pada apresiasi sastra dengan lebih banyak menyentuh segi afeksi. Dalam hal ini, siswa diajak untuk menikmati, memahami, dan menghayati karya sastra. Dengan kata lain, siswa diajak mengalami langsung proses apresiasi sastra.

B.     Perumusan Masalah
1.             Apa hakikat dari pembelajaran sastra di kelas rendah SD?
rendah.
2.             Bagaimana model pembelajaran sastra di kelas rendah SD?

C.    Tujuan Penulisan
1.          Dapat menjelaskan hakikat pembelajaran sastra di kelas rendah SD
rendah. Dapat menerapkan model pembelajaran sastra yang sesuai untuk kelas rendah SD
2.          Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Sastra SD



BAB II
PEMBAHSAN


 A.    Pengertian Apresiasi Sastra

Secara umum, apresiasi dapat diartikan sebagai penilaian yang baik atau penghargaan terhadap karya sastra. Dalam Pengertian yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan pemahaman serta pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Berdasarkan pengertian itu, apresiasi dapat diartikan sebagai pengenalan terhadap karya sastra dan pemahaman unsur-unsur keindahan yang terdapat dalam karya sastra.
Banyak pengertian apresiasi sastra menurut para pakar sastra yang pada dasarnya mengandung makna yang sama. Pendapat tersebut, misalnya  yang menyatakan bahwa apresiasi sastra)rendah000(dikemukakan oleh Tarigan  adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar,  berpendapat)198rendah(serta kritis. Senada dengan hal tersebut, S. Effendi  bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.

B.     Pengertian Sastra Anak

Kata sastra berarti karya seni imajinatif dengan unsur estetisnya . Karya seni)Rene Wellek, 1989(dominan yang bermediumkan bahasa  imajinatif tersebut dapat dalam bentuk lisan ataupun tertulis. KBBI,(Selanjutnya, kata anak dapat diartikan sebagai manusia kecil  . Kata anak yang dimaksud disini bukanlah anak balita ataupun)2000:41 anak remaja, tetapi anak usia sekolah dasar yang berumur antara 6-13  sastra anak adalah karya seni yang)2h003:8.3(tahun. Menurut Santoso  imajinatif dengan unsure estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa, baik lisan ataupun tertulis yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak. , sastra anak)dalam Santoso, 2003:8.3(Sementara itu menurut Sarumpaet  adalah karya sastra yang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua. Artinya, sastra anak ditulis oleh orang tua yang ditujukan kepada anak dan proses produksinya pun dikerjakan oleh orang tua.
Apabila dilihat dari pengertian yang dikemukakan oleh Sarumpaet, sastra anak adalah sastra yang dihasilkan oleh orang tua untuk anak, padahal sebenarnya tidak semua sastra anak ditulis atau dihasilkan oleh orang tua. Anak-anak itu sendiri pun dapat menghasilkan sastra. Sebagai contoh, sekarang di Koran-koran banyak tersedia kolom anak yang menyediakan fasilitas untuk menerbitkan karya sastra mereka. Dalam kolom itu, anak-anak dapat menulis karya mereka, baikyang berupa puisi, prosa juga drama.

C.    Tujuan Pembelajaran Sastra di Kelas rendah SD

Hasil belajar sastra yang akan dicapai di kelas rendah SD adalah berikut ini :
1.      Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan adalah menjelaskan isi dongeng yang telah didengar dan mengajukan pertanyaan.
2.      Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara adalah:
a.      Mendeklamasikan pantun dengan penghayatan dan ekspresi yang sesuai
b.      Memerankan percakapan sesuai isi dan ekspresi yang tepat
c.       Menceritakan kembali cerita yang didengarkan dengan menggunakan kata-kata sendiri
d.      Memerankan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan dialog sederhana marah, senang,sedih,haru, dan lain-lain(- Memerankan ekspresi emosional tertentu
3.      Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca adalah membaca puisi dengan penghayatan dan ekspresi yang sesuai.

D.    Pemanfaatan Bahan Ajar Sastra Bagi Penumbuhkembangan Kemampuan Berbahasa

Pengajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk menyiapkan agar anak mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pengajaran yang demikian pada hakekatnya adalah pengajaran yang dimaksudkan untuk membentuk kompetensi komunikasi. Kompetensi ini memiliki empat unsur pokok yaitu pengetahuan dan penguasaan kaidah tatabahasa baik fonologi, morfologi, sintaksis maupun sematik. Pengajaran apresiasi sastra dengan bahan bahan ajar sastranya, berfungsi sebagai wahana penbentukan kompetensi komunikasi khusus kepada anak. Kompetensi yang dimaksud disini adalah kompetensi komunikasi sastra dan kompetensi komunikasi bahasa yang lain yang berarah emotif-imajinatif.
Pengajaran bahasa dengan bahan ajar sastra mengajak anak untuk memahami karakteristik bahasa sastra sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia, dan karakteristik komunikasi sastra sebagai salah satu bentuk komunikasi tulis bahasa Indonesia. Karakteristik komunikasi astra antara lain:
1.      komunikasi ini bersifat tidak langsung
2.      kehadiran penulis tidak dapat menggantikan kedudukan teks sastra yang ditulisnya
3.      konteks komunikasi sastra berdimensi gand
4.      ada jarak antara realitas dalam teks dalam realitas kehidupan nyata dan antara teks sastra dengan penulisnya.
Pengajaran sastra dewasa ini dibagi dua golongan besar yaitu:
1.      pengajaran tentang sastra, pengajaran tentang sastra berisi teori-teori sastra.
2.      pengajaran sastra beranggapan bahwa untuk mengapresiasi karya sastra siswa harus langsung dikenalkan dan diakrabkan dengan karya sastra.
Kegiatan mengenal meliputi melihat, mendengar, menyimak, dan membaca. Kegiatan memahami meliputi kegiatan menafsirkan, mengartikan, memproposikan, mencari hubungan, menemukan pola, menarik kesimpulan dan menggeneralisasi.
Kedudukan pengajaran sastra dalam kurikulum 1994, dalam kurikulum 1994, tujuan dibagi atas:
1.      Tujuan umum pengajaran, yakni tujuan yang harus dicapai oleh pengajaran bahasa dan sastra Indonesia.
2.      Tujuan khusus pemahaman, yakni tujuan agarsiswa menguasai dan mengembangkan kemampuan-kemampuan reseptif.
3.      Tujuan khusus penggunaan, yakni tujuan agar siswa menguasai dan mengembangkan kemampuan-kemampuan produktif.
Kemampuan apresiasi sastra tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan apresiasi itu sendiri, memahami dan dapat mengapresiasi karya sastra Indonesia serta dapat mengkomunukasikan secara lisan dan tulisan. Tetapi juga pengajaran lewat sastra, pengajaran sastra yang digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan mengembangkan kepribadian.

E.     Pengembangan Pembelajaran Membaca Berdasarkan Karya Sastra

Menurut teori Schema, sering membaca buku dengan jumlah banyak memungkinkan anak mengembangkan pengetahuan, selanjutnya memudahkan mereka juga dapat bervariasi bacaannya. Mereka akan memiliki apresiasi terhadap karya sastra dan kemumgkinannya mereka menjadi pembaca sepanjang hidupnya (North, 1989: 426)

Model Pegembangan Keberwacanaan Melalui Sastra

  • Model perencanaan pengembangan
Komponen-komponen pembelajaran yang perlu direncanakan meliputi tujuan pembelajaran, bentuk dan sifat pembelajaran, bahan pembelajaran serta prosedur pembelajaran (Norton & Norton, 1994:7).
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat menemukannya dari tujuan umum pengajaran. Bentuk prmbelajaran dibedakan atas pembelajaran klasikal kelompok dan individu. Agar epektif dibutuhkan kerjasama antara murid dan guru meliputi kelompok kecil dan individu. Aktivitas ini dibedakan menjadi aktivitas jangka pendek, jangka lama, dan aktivitas pojok belajar.
Bahan pembelajaran meliputi nama-nama buku, referensi, gambar-gambar pendukung media.
  • Strategi pengembangan
Beberapa strategi pengembangan dengan teknik utama latihan yang didasarkan pada uraian Johnson (1987) dalam Literacy Through Literature, untuk mendukung agar penerapan strategi bisa dilakukan diperlukan buku-buku sederhana dan menarik agar anak mudah juga tertantang membacanya.
Dalam memilih dan mengembangkan latihan, peran guru adalah menjamin tersedianya bahan, yaitu menyajikan cerita secara lisan dan melalui latihan membimbing dan memberikan bimbingan individu pada siswa yang nerusaha menerapkan latihan pada buku latihannya.
Jenis strategi diantaranya yaitu:
Teknik Cloze
Ringkasan Model Burgs (RBM). RBM dikembangkan dari prosedur klos yang sudah lajim melalui dua cara; pertama siswa belajar melalui ringkasan bukan dengan teks asli, kedua kata-kata terpilih digantikan kata kosong awal kata, RBM juga disajikan sebagai permainan. Agar aplikasi ini tetap mengembangkan keterampilan anak perlu prosedur klos yang terbimbing sebagaimana contoh berikut:
Pada suatu hari para p………….. berdatangan menembaki b…………….. dan satwa lainya. Kehidupan yang semula tentram dan tenang akhirnya berubah menjadi kacau karena kedatangan pemburu. Keluarga c…………… yang semula bersatu, akhirnya terpaksa berpisah akibat pemburu yang serakah. S……………. yang masih tertinggal merasa terancam.
Cendrawasih dan burung yang lainnya selalu memohon kepada Tuhan agar melindungi keseimbangan alam.
Tangga cerita (story ladders)
Tangga cerita dibciptakan dengan membuat ringkasan cerita yang bagian akhir kalimatnya dihapus. Contoh berikut didasarkan pada cerita malin kundang:

  1. Dalam cerita ini malin kundang adalah………………………………………………………….
  2. Dia merantau ke…………………………………………………
3. Akhirnya dia pulang dan tida mengakui ibunya terus ibunya…………………………………………………………..

Anak ditugaskan mengkreasikan sendiri lanjutannya tapi bukan kalimat aslinya. Anak akan senang memprediksi cerita sebelum membaca dan merevisinya setelah membaca.
Sejak kurikulum SD 1975, kurikulum SD 1984, maupun kurikulum SD 1994 seperti sekarang. Pelajaran sastra Indonesia selalu dimasukan kedalam pengajaran bahasa Indonesia, khususnya di SD. Fungsi pelajaran bahasa Indonesia adalah:
  1. Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangs
  2. sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan bahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya
  3. sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan bahasa Indoneia untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetehuan teknologi dan eni.
Tujuam megenai sastra yaitu:

    • Siswa mampu mengenal dan mampu membedakan bentuk-bentuk puisi, prosa dan drama.
    • Siswa mampu membedakan ragam bahasa sastra dan ragam bahasa lainnya.
Yang diperlukan dalam pembelajar sastra dan bahasa:
  1. Isi materi pelajaran

    • materi pelajaran harus relevan terhadap tujuan intruksional yang jarus dipakai
    • materi pelakaran haru sesuai taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa
    • materi pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa
    • materi pelajaran harus membantu untuk melihat diri secara aktif, baik dengan berpikir atau dengan mengadakan kegiatan
    • msteri pelajaran harus sesuai dngan prosedur didaktik yang diikuti
    • materi pelajaran harus sesuai dengan media pengajaran yang tersedia
Dengan demikian apabila peran guru dan penilaian isi materi pelajaran itu menyediakan bacaan yang bermutu, memberi kebenasan kepada anak untuk memilih bacaan yang disukainya.
  1. Guru

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan proses pengajaran satra di kelas, guru dituntut mempu melaksanakan tugasnya secara propesional. Guru harus memiliki 10 kopetensi yaitu:
    1. Kemampuan menguasai bahan materi bidang study.
    2. Kemampuan mengelola program belajar mengajar.
    3. Kemampuan mengelola kelas.
    4. Kemampuan menggunakan media dan sumber.
    5. Penguasaan landasan-landasan pendidikan.
    6. Kemampuan mengelola interaksi belajar megajar.
    7. Kemampuan menilai kemampuan siswa.
    8. Pengenalan fungsi dan program layanan dan bimbingan dan konseling di sekolah.
    9. Pengenalan dan penyelenggaraan admisistrasi sekolah.
    10. Pemahaman prinsip-prinsip dan penafsiran hasil-hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
  1. Siswa

Siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran sastra. Dalam pengajaran siswa di SD, problem yang berkaitan dengan siswa yang dapat di identifikasi antara lain motivasi minat belajar sastra, serta lingkungan belajar siswa. Timbulnya motivasi dan minat siswa belajar yang rendah tidak terlepas dari faktor lingkungan siswa, karena lingkungan merupakan sarana yang sangat mempengaruhi dalam belajar sastra. Tujuan utama pengajaran sastra hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengalaman bersastra baik secara reseptif maupun secara produktif. Siswa juga diberi pengetahuan tentang lukisan, lagu, melukis, selanjutnya bersastra.
  1. Bentuk kegiatan belajar mengajar

Kean & Personke (1976:341) mengarahkan bahwa sebaiknya disekolah dasar, sastra jangan dipandang sebagai suatu subjek yang harus di ajak terapi sebagai suatu wahana untuk mendapatkan pengalaman, yang menyenangkan, menyedihkan, lucu, menakutkan dan lainnya. Dalam kegiatan belajar ada 2 pendekatan; pertama bertitik tolak pada pandangan bahwa sastra mempunyai kedudukan yang sama dengan bidang study yang lainnya; kedua bertitik tolak pada pandangan bahwa sastra sebagai suatu yang kehadirannya untuk dinikmati dan memberikan kesenangan. Karena kedua pendekatan itu bertentangan untuk itu yang lebih sesuai adalah menggabungkan kedua pendekatan tersebut karena muara terakhir pengajaran sastra adalah terbunanya apresiasi & kegemaran terhadap sastra yang disadari oleh pengetahuan sastra dan keterampilan bersastra.
  1. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan komponen pengajaran yang tak kalah penting. Perpustakaan dan kelengkapan koleksi buku-buku sastra sangat menunjang kelancaran pengajaran sastra. Demikian pula media dan alat-alat pengajaran yang lengkap sangat menentukan keberhasilan pembelajaran sastra. Problem yang dapat di identifikasi adalah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah-sekolah SD.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai arti yang cukup penting. Poin yamg lebih penting ladi di dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terutama adalah membaca. Karena ketika kita duduk dibangku SD, hal pertama yang harus kita pelajari adalah membaca, kemudian kita akan dapat menulis juga menghitung serta merangkai berbagai macam kalimat. Jika begitu kita akan dapat membacakan karya-karya sastra. Sastra juga sarana yng diberikan untuk mengembangkan kreatifitas anak di dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

B.     Saran

Sebagai seorang calon pendidik ada beberapa hal yang sapat kita lakukan diantaranya:
  1. Pendidik harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika memberikan pengajaran kepada anak didiknya.
  2. Pendidik harus memastikan bahwa anak-anak didiknya senang, suka, juga nyaman diajar oleh kita, agar mereka dapat menerima materi dengan baik dan tidak merasa terpaksa.
  3. Belajarlah terus agar menjadi guru yang profesional.

 
DAFTAR PUSTAKA


Yusi Rosdiana Dkk, 2007.  Bahasa Dan Sastra Indonesia Di SD. Jakarta : Unuversitas Terbuka.

Rusyana, Yus.1984. Bahasa dan sastra dalam gempitan pendidikan. Bandung: CV Dipenegoro

Rofi Uddin Ahmad dan Zuhri, Darmiyanti. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Inonesia dikelas Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoran Jendral Pendidikan Tinggi

http:/www.balipast.com/ balipastcetak/2004/12/12/apresiasi.html

http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/23/membaca-dan-sastra-anak/



















 




KATA PENGANTAR


      Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan  Judul ” Pembelajaran Sastra SD Kelas Rendah”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu,   Oktober 2011


Penyusun




i
 


i
 

MAKALAH
PENDIDIKAN  BAHASA DAN SASTRA DIKELAS RENDAH
 PENDIDIKAN  PEMBELAJARAN BAHASA DI MI







Oleh :
 Aries Metra
Eka Ardiyani
Giarti Handayani
Nini Sukaisi
Nini Sukaisi
Yayuk Yuliarti


Dosen :
Nurlaili, M.Pd

JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN (BENGKULU)
2011

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFATR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Apresiasi Sastra............................................................................... 3
B.     Pengertian Sastra Anak..................................................................................... 3
C.     Tujuan Pembelajaran Sastra di Kelas rendah SD.............................................. 4
D.    Pemanfaatan Bahan Ajar Sastra Bagi Penumbuhkembangan
 Kemampuan Berbahasa................................................................................... 5
E.     Pengembangan Pembelajaran Membaca Berdasarkan Karya Sastra................. 6


BAB III PENUTUP
  1. Kesimpulan...........................................................................................         11
  2. Kritik dan Saran ..................................................................................          11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. iii









ii
 



 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMUGA BERMAMFAAT