BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berpuluh-puluh tahun dari mulai berdirinya bangsa ini, pendidikan kita
yang mengedepankan sains dan teknologi, cenderung mengabaikan dan menggeser
aspek-aspek humaniora. Bidang-bidang seperti budaya dan seni (termasuk di dalamnya
sastra) merupakan bidang-bidang yang cenderung dianak tirikan. Padahal, melalui
bidang-bidang inilah kepribadian dan kemanusiaan kita: kepekaan sosial, religi,
kehalusan rasa, pembangunan nilai, moral, budi pekerti, dan sejenisnya, terolah
dan terasah.
Bukti pengabaian ini misalnya bisa dilihat dari
sedikitnya porsi pembelajaran sastra sejak jenjang Sekolah Dasar (SD). Sastra,
seperti pada jenjang-jenjang pendidikan di atasnya, merupakan bagian dari mata
pelajaran
Bahasa Indonesia. Akan tetapi, kenyataan di lapangan memperlihatkan mata pelajaran ini lebih didominasi oleh pelajaran tata bahasa. Penelitian A. Chaedar Alwasilah, misalnya, membuktikan bahwa di sekolah-sekolah, sastra hanya diajarkan sebanyak rendah3,6% saja. Dan, dalam pembelajaran yang hanya rendah3,6% tersebut, pembelajaran lebih ditekankan pada aspek pengetahuan (kognitif), bukan afektif.
Bahasa Indonesia. Akan tetapi, kenyataan di lapangan memperlihatkan mata pelajaran ini lebih didominasi oleh pelajaran tata bahasa. Penelitian A. Chaedar Alwasilah, misalnya, membuktikan bahwa di sekolah-sekolah, sastra hanya diajarkan sebanyak rendah3,6% saja. Dan, dalam pembelajaran yang hanya rendah3,6% tersebut, pembelajaran lebih ditekankan pada aspek pengetahuan (kognitif), bukan afektif.
Titik berat pembelajaran sastra pada aspek pengetahuan
(hafalan) tersebut sudah dikeluhkan banyak pihak sejak tahun 1955-an. Dari
mulai H.B Jassin dan Wildan Yatim (Prisma, 1979), Ajip Rosidi (1970), hingga
para pengamat dan ahli sastra, serta para pengajar sastra hari ini. Dan,
kondisinya belum banyak berubah meski kurikulum telah berkali-kali berganti
dengan perumusan tujuan pembelajaran sastra yang lebih ideal.
Sastra pada dasarnya adalah ungkapan sastrawan hasil
pengalaman dan penghayatannya terhadap kehidupan. Oleh karena itu, dalam sastra
terkandung
pandangan, penilaian, dan penafsiran sastrawan tentang kehidupan. Kehidupan itu sendiri sangat luas, meliputi persoalan-persoalan kemanusiaan, baik yang sifatnya individual, maupun persoalan sosial, politik, dan budaya yang lebih luas dengan berbagai dimensi dan berbagai nilainya.Sastra, meminjam ungkapan Mathew Arnold, adalah criticsm of life, senantiasa kritis terhadap persoalan-persoalan kehidupan dan selalu berupaya memancarkan pandangan-pandangan untuk memperbaikinya.
pandangan, penilaian, dan penafsiran sastrawan tentang kehidupan. Kehidupan itu sendiri sangat luas, meliputi persoalan-persoalan kemanusiaan, baik yang sifatnya individual, maupun persoalan sosial, politik, dan budaya yang lebih luas dengan berbagai dimensi dan berbagai nilainya.Sastra, meminjam ungkapan Mathew Arnold, adalah criticsm of life, senantiasa kritis terhadap persoalan-persoalan kehidupan dan selalu berupaya memancarkan pandangan-pandangan untuk memperbaikinya.
Dengan karakteristik sastra tersebut, sudah sepatutnya
pembelajaran sastra diarahkan untuk mereguk manfaat-manfaat sastra, yakni untuk
lebih memahami dan memperkaya wawasan kehidupan, mempertajam watak dan
kepribadian, memperhalus budi pekerti, cipta, rasa, karsa, kepekaan sosial,
budaya, religi, dan kepekaan pada nilai-nilai kemanusiaan. Ini semua akan
tumbuh jika pembelajaran sastra diarahkan pada apresiasi sastra dengan lebih
banyak menyentuh segi afeksi. Dalam hal ini, siswa diajak untuk menikmati,
memahami, dan menghayati karya sastra. Dengan kata lain, siswa diajak mengalami langsung proses apresiasi sastra.
B. Perumusan Masalah
1.
Apa hakikat dari pembelajaran sastra di kelas rendah SD?
rendah.
rendah.
2.
Bagaimana model pembelajaran sastra di kelas rendah SD?
C. Tujuan Penulisan
1.
Dapat menjelaskan hakikat pembelajaran sastra di kelas
rendah SD
rendah. Dapat menerapkan model pembelajaran sastra yang sesuai untuk kelas rendah SD
rendah. Dapat menerapkan model pembelajaran sastra yang sesuai untuk kelas rendah SD
2.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Sastra SD
BAB II
PEMBAHSAN
A.
Pengertian Apresiasi Sastra
Secara umum, apresiasi dapat diartikan sebagai
penilaian yang baik atau penghargaan terhadap karya sastra. Dalam Pengertian
yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna pengenalan
melalui perasaan atau kepekaan batin, dan pemahaman serta pengakuan terhadap
nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Berdasarkan pengertian itu,
apresiasi dapat diartikan sebagai pengenalan terhadap karya sastra dan
pemahaman unsur-unsur keindahan yang terdapat dalam karya sastra.
Banyak pengertian apresiasi sastra menurut para pakar
sastra yang pada dasarnya mengandung makna yang sama. Pendapat tersebut,
misalnya yang menyatakan bahwa apresiasi
sastra)rendah000(dikemukakan
oleh Tarigan adalah penaksiran kualitas
karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan
dan pengalaman yang jelas, sadar,
berpendapat)198rendah(serta
kritis. Senada dengan hal tersebut, S. Effendi
bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan
sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis,
dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
B. Pengertian Sastra Anak
Kata sastra berarti karya seni
imajinatif dengan unsur estetisnya . Karya seni)Rene Wellek, 1989(dominan yang bermediumkan bahasa imajinatif tersebut dapat dalam bentuk lisan
ataupun tertulis. KBBI,(Selanjutnya, kata anak dapat diartikan sebagai manusia
kecil . Kata anak yang dimaksud disini
bukanlah anak balita ataupun)2000:41 anak remaja, tetapi anak usia sekolah dasar yang
berumur antara 6-13 sastra anak adalah
karya seni yang)2h003:8.3(tahun. Menurut Santoso
imajinatif dengan unsure estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa,
baik lisan ataupun tertulis yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak
dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak. , sastra anak)dalam Santoso, 2003:8.3(Sementara itu menurut Sarumpaet adalah karya sastra yang dikonsumsi anak dan
diurus serta dikerjakan oleh orang tua. Artinya, sastra anak ditulis oleh orang
tua yang ditujukan kepada anak dan proses produksinya pun dikerjakan oleh orang
tua.
Apabila dilihat dari pengertian
yang dikemukakan oleh Sarumpaet, sastra anak adalah sastra yang dihasilkan oleh
orang tua untuk anak, padahal sebenarnya tidak semua sastra anak ditulis atau
dihasilkan oleh orang tua. Anak-anak itu sendiri pun dapat menghasilkan sastra.
Sebagai contoh, sekarang di Koran-koran banyak tersedia kolom anak yang
menyediakan fasilitas untuk menerbitkan karya sastra mereka. Dalam kolom itu,
anak-anak dapat menulis karya mereka, baikyang berupa puisi, prosa juga drama.
C. Tujuan Pembelajaran Sastra di
Kelas rendah SD
Hasil belajar sastra yang akan
dicapai di kelas rendah SD adalah berikut ini :
1. Pembelajaran sastra yang terpadu
dengan pembelajaran mendengarkan adalah menjelaskan isi dongeng yang telah
didengar dan mengajukan pertanyaan.
2. Pembelajaran sastra yang terpadu
dengan pembelajaran berbicara adalah:
a.
Mendeklamasikan pantun
dengan penghayatan dan ekspresi yang sesuai
b.
Memerankan percakapan sesuai
isi dan ekspresi yang tepat
c.
Menceritakan kembali cerita
yang didengarkan dengan menggunakan kata-kata sendiri
d.
Memerankan tokoh yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan dialog sederhana marah,
senang,sedih,haru, dan lain-lain(-
Memerankan ekspresi emosional tertentu
3.
Pembelajaran sastra yang
terpadu dengan pembelajaran membaca adalah membaca puisi dengan penghayatan dan
ekspresi yang sesuai.
D.
Pemanfaatan
Bahan Ajar Sastra Bagi Penumbuhkembangan Kemampuan Berbahasa
Pengajaran
bahasa Indonesia dimaksudkan untuk menyiapkan agar anak mampu berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pengajaran yang demikian pada
hakekatnya adalah pengajaran yang dimaksudkan untuk membentuk kompetensi
komunikasi. Kompetensi ini memiliki empat unsur pokok yaitu pengetahuan dan
penguasaan kaidah tatabahasa baik fonologi, morfologi, sintaksis maupun
sematik. Pengajaran apresiasi sastra dengan bahan bahan ajar sastranya,
berfungsi sebagai wahana penbentukan kompetensi komunikasi khusus kepada anak.
Kompetensi yang dimaksud disini adalah kompetensi komunikasi sastra dan
kompetensi komunikasi bahasa yang lain yang berarah emotif-imajinatif.
Pengajaran
bahasa dengan bahan ajar sastra mengajak anak untuk memahami karakteristik
bahasa sastra sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia, dan karakteristik
komunikasi sastra sebagai salah satu bentuk komunikasi tulis bahasa Indonesia.
Karakteristik komunikasi astra antara lain:
1. komunikasi ini
bersifat tidak langsung
2. kehadiran penulis
tidak dapat menggantikan kedudukan teks sastra yang ditulisnya
3. konteks komunikasi
sastra berdimensi gand
4. ada jarak antara
realitas dalam teks dalam realitas kehidupan nyata dan antara teks sastra
dengan penulisnya.
Pengajaran
sastra dewasa ini dibagi dua golongan besar yaitu:
1. pengajaran tentang
sastra, pengajaran tentang sastra berisi teori-teori sastra.
2. pengajaran sastra
beranggapan bahwa untuk mengapresiasi karya sastra siswa harus langsung
dikenalkan dan diakrabkan dengan karya sastra.
Kegiatan
mengenal meliputi melihat, mendengar, menyimak, dan membaca. Kegiatan memahami
meliputi kegiatan menafsirkan, mengartikan, memproposikan, mencari hubungan,
menemukan pola, menarik kesimpulan dan menggeneralisasi.
Kedudukan
pengajaran sastra dalam kurikulum 1994, dalam kurikulum 1994, tujuan dibagi
atas:
1. Tujuan umum
pengajaran, yakni tujuan yang harus dicapai oleh pengajaran bahasa dan sastra
Indonesia.
2. Tujuan khusus
pemahaman, yakni tujuan agarsiswa menguasai dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan reseptif.
3. Tujuan khusus
penggunaan, yakni tujuan agar siswa menguasai dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan produktif.
Kemampuan
apresiasi sastra tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan apresiasi itu
sendiri, memahami dan dapat mengapresiasi karya sastra Indonesia serta dapat
mengkomunukasikan secara lisan dan tulisan. Tetapi juga pengajaran lewat
sastra, pengajaran sastra yang digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa dan mengembangkan kepribadian.
E. Pengembangan Pembelajaran Membaca Berdasarkan Karya
Sastra
Menurut teori Schema, sering
membaca buku dengan jumlah banyak memungkinkan anak mengembangkan pengetahuan,
selanjutnya memudahkan mereka juga dapat bervariasi bacaannya. Mereka akan
memiliki apresiasi terhadap karya sastra dan kemumgkinannya mereka menjadi
pembaca sepanjang hidupnya (North, 1989: 426)
Model
Pegembangan Keberwacanaan Melalui Sastra
- Model perencanaan pengembangan
Komponen-komponen
pembelajaran yang perlu direncanakan meliputi tujuan pembelajaran, bentuk dan
sifat pembelajaran, bahan pembelajaran serta prosedur pembelajaran (Norton
& Norton, 1994:7).
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat menemukannya dari tujuan umum
pengajaran. Bentuk prmbelajaran dibedakan atas pembelajaran klasikal kelompok
dan individu. Agar epektif dibutuhkan kerjasama antara murid dan guru meliputi
kelompok kecil dan individu. Aktivitas ini dibedakan menjadi
aktivitas jangka pendek, jangka lama, dan aktivitas pojok belajar.
Bahan pembelajaran meliputi nama-nama buku, referensi, gambar-gambar
pendukung media.
- Strategi pengembangan
Beberapa strategi pengembangan dengan teknik utama latihan yang
didasarkan pada uraian Johnson (1987) dalam Literacy Through Literature, untuk
mendukung agar penerapan strategi bisa dilakukan diperlukan buku-buku sederhana
dan menarik agar anak mudah juga tertantang membacanya.
Dalam memilih dan mengembangkan latihan, peran guru adalah menjamin
tersedianya bahan, yaitu menyajikan cerita secara lisan dan melalui latihan
membimbing dan memberikan bimbingan individu pada siswa yang nerusaha
menerapkan latihan pada buku latihannya.
Jenis strategi diantaranya yaitu:
Teknik Cloze
Ringkasan Model Burgs (RBM). RBM dikembangkan dari
prosedur klos yang sudah lajim melalui dua cara; pertama siswa belajar melalui
ringkasan bukan dengan teks asli, kedua kata-kata terpilih digantikan kata
kosong awal kata, RBM juga disajikan sebagai permainan. Agar aplikasi ini tetap
mengembangkan keterampilan anak perlu prosedur klos yang terbimbing sebagaimana
contoh berikut:
Pada suatu hari para p………….. berdatangan menembaki b…………….. dan satwa
lainya. Kehidupan yang semula tentram dan tenang akhirnya berubah menjadi
kacau karena kedatangan pemburu. Keluarga c…………… yang semula bersatu, akhirnya
terpaksa berpisah akibat pemburu yang serakah. S……………. yang masih tertinggal
merasa terancam.
Cendrawasih dan burung yang lainnya selalu memohon kepada Tuhan agar
melindungi keseimbangan alam.
|
Tangga cerita dibciptakan
dengan membuat ringkasan cerita yang bagian akhir kalimatnya dihapus. Contoh berikut didasarkan
pada cerita malin kundang:
3. Akhirnya dia pulang dan tida mengakui ibunya
terus ibunya…………………………………………………………..
|
Anak ditugaskan mengkreasikan sendiri lanjutannya tapi
bukan kalimat aslinya. Anak akan senang memprediksi cerita sebelum membaca dan
merevisinya setelah membaca.
Sejak
kurikulum SD 1975, kurikulum SD 1984, maupun kurikulum SD 1994 seperti
sekarang. Pelajaran sastra Indonesia selalu dimasukan kedalam pengajaran bahasa
Indonesia, khususnya di SD. Fungsi pelajaran bahasa Indonesia adalah:
- Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangs
- sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan bahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya
- sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan bahasa Indoneia untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetehuan teknologi dan eni.
Tujuam megenai sastra yaitu:
- Siswa mampu mengenal dan mampu membedakan bentuk-bentuk puisi, prosa dan drama.
- Siswa mampu membedakan ragam bahasa sastra dan ragam bahasa lainnya.
Yang diperlukan dalam pembelajar
sastra dan bahasa:
Isi materi pelajaran
- materi pelajaran harus relevan terhadap tujuan intruksional yang jarus dipakai
- materi pelakaran haru sesuai taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa
- materi pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa
- materi pelajaran harus membantu untuk melihat diri secara aktif, baik dengan berpikir atau dengan mengadakan kegiatan
- msteri pelajaran harus sesuai dngan prosedur didaktik yang diikuti
- materi pelajaran harus sesuai dengan media pengajaran yang tersedia
Dengan demikian
apabila peran guru dan penilaian isi materi pelajaran itu menyediakan bacaan
yang bermutu, memberi kebenasan kepada anak untuk memilih bacaan yang
disukainya.
Guru
Guru memiliki
peran yang sangat penting dalam keseluruhan proses pengajaran satra di kelas,
guru dituntut mempu melaksanakan tugasnya secara propesional. Guru harus
memiliki 10 kopetensi yaitu:
- Kemampuan menguasai bahan materi bidang study.
- Kemampuan mengelola program belajar mengajar.
- Kemampuan mengelola kelas.
- Kemampuan menggunakan media dan sumber.
- Penguasaan landasan-landasan pendidikan.
- Kemampuan mengelola interaksi belajar megajar.
- Kemampuan menilai kemampuan siswa.
- Pengenalan fungsi dan program layanan dan bimbingan dan konseling di sekolah.
- Pengenalan dan penyelenggaraan admisistrasi sekolah.
- Pemahaman prinsip-prinsip dan penafsiran hasil-hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Siswa
Siswa merupakan komponen yang sangat
penting dalam pembelajaran sastra. Dalam pengajaran siswa di SD, problem yang
berkaitan dengan siswa yang dapat di identifikasi antara lain motivasi minat
belajar sastra, serta lingkungan belajar siswa. Timbulnya motivasi dan minat
siswa belajar yang rendah tidak terlepas dari faktor lingkungan siswa, karena
lingkungan merupakan sarana yang sangat mempengaruhi dalam belajar sastra.
Tujuan utama pengajaran sastra hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk
memperoleh pengalaman bersastra baik secara reseptif maupun secara produktif.
Siswa juga diberi pengetahuan tentang lukisan, lagu, melukis, selanjutnya
bersastra.
Bentuk kegiatan belajar mengajar
Kean & Personke (1976:341) mengarahkan bahwa sebaiknya disekolah
dasar, sastra jangan dipandang sebagai suatu subjek yang harus di ajak terapi
sebagai suatu wahana untuk mendapatkan pengalaman, yang menyenangkan,
menyedihkan, lucu, menakutkan dan lainnya. Dalam kegiatan belajar ada 2
pendekatan; pertama bertitik tolak pada pandangan bahwa sastra mempunyai
kedudukan yang sama dengan bidang study yang lainnya; kedua bertitik tolak pada
pandangan bahwa sastra sebagai suatu yang kehadirannya untuk dinikmati dan
memberikan kesenangan. Karena kedua pendekatan itu bertentangan untuk itu yang
lebih sesuai adalah menggabungkan kedua pendekatan tersebut karena muara
terakhir pengajaran sastra adalah terbunanya apresiasi & kegemaran terhadap
sastra yang disadari oleh pengetahuan sastra dan keterampilan bersastra.
Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan komponen
pengajaran yang tak kalah penting. Perpustakaan dan kelengkapan koleksi
buku-buku sastra sangat menunjang kelancaran pengajaran sastra. Demikian pula
media dan alat-alat pengajaran yang lengkap sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran sastra. Problem yang dapat di identifikasi adalah sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah-sekolah SD.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa
pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai arti yang cukup penting. Poin
yamg lebih penting ladi di dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
terutama adalah membaca. Karena ketika kita duduk dibangku SD, hal pertama yang
harus kita pelajari adalah membaca, kemudian kita akan dapat menulis juga
menghitung serta merangkai berbagai macam kalimat. Jika begitu kita akan dapat
membacakan karya-karya sastra. Sastra juga sarana yng diberikan untuk
mengembangkan kreatifitas anak di dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
B.
Saran
Sebagai seorang calon pendidik ada beberapa hal yang sapat kita lakukan
diantaranya:
- Pendidik harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika memberikan pengajaran kepada anak didiknya.
- Pendidik harus memastikan bahwa anak-anak didiknya senang, suka, juga nyaman diajar oleh kita, agar mereka dapat menerima materi dengan baik dan tidak merasa terpaksa.
- Belajarlah terus agar menjadi guru yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Yusi Rosdiana Dkk, 2007. Bahasa Dan Sastra Indonesia Di SD. Jakarta
: Unuversitas Terbuka.
Rusyana, Yus.1984. Bahasa dan sastra
dalam gempitan pendidikan. Bandung: CV Dipenegoro
Rofi Uddin Ahmad dan Zuhri, Darmiyanti.
1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Inonesia dikelas Tinggi. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktoran Jendral Pendidikan Tinggi
http:/www.balipast.com/
balipastcetak/2004/12/12/apresiasi.html
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/23/membaca-dan-sastra-anak/
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan Judul ” Pembelajaran Sastra SD Kelas Rendah”
Penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam membuat makalah
ini dan teman-teman yang telah memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak
yang berkaitan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan
makalah ini dimasa yang akan datang.
Bengkulu, Oktober 2011
Penyusun
|
||
|
MAKALAH
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DIKELAS RENDAH
PENDIDIKAN PEMBELAJARAN BAHASA DI MI
Oleh :
Aries Metra
Eka Ardiyani
Giarti Handayani
Nini Sukaisi
Nini Sukaisi
Yayuk Yuliarti
Dosen :
Nurlaili, M.Pd
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN
(BENGKULU)
2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFATR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Apresiasi Sastra............................................................................... 3
B.
Pengertian Sastra Anak..................................................................................... 3
C.
Tujuan Pembelajaran Sastra
di Kelas rendah SD.............................................. 4
D.
Pemanfaatan
Bahan Ajar Sastra Bagi Penumbuhkembangan
Kemampuan Berbahasa................................................................................... 5
E. Pengembangan Pembelajaran Membaca Berdasarkan Karya
Sastra................. 6
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan........................................................................................... 11
- Kritik dan Saran .................................................................................. 11
DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................................. iii
|
|||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar