Senin, 11 Februari 2013

makalah sejarah peradaban islam



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat di pungkiri sesungguhnya perkembangan intelektual yang berkembang dan berjaya sekarang di barat berasal dari ilmuan-ilmuan muslim melalui sarana penerjemahan pengatahuan dari bahasa arob kebahasa latin yang kemudian tersebar ke eropa. Dengan demikian selama ini para sejarawan memang menutupi usaha pengembangan intelektual yang telah dilakukan para ilmuan muslim pada masa kejayaan dan ke emasan, kebudayaan kerajan islam. Di antara kerajaan islam yang banyak menghasilkan ilmuan muslim adalah dinasti Fathimiyah (296-555 H./908-1171 M.).
Pada masa inilah yang di sebut Harun Nasution sebagai periode klasik (650-1250 M.) yang merupakan zaman kemajuan. Di masa inilah berkembang ilmu pengatahuan, baik dalam bidang agama maupun nun agama dan kebudayaan islam, pada zaman ini dihasilkan ulama'-ulama' besar sepeti tokoh-tokoh imam madzhab, tasawuf, dan filsafat. Dalam tulisan ini selanjutnya akan di paparkan kemajuan intelektual yang berkembang pada masa kejayaan Islam khususnya pada masa dinasti Fathimiyah. Yang akan menjadi permasalahan utama dalam tulisan ini adalah apakah sekolah atau madrasah pada masa klasik ini bercorak teologis dalam arti sebagai penyabar dan alat propoganda bagi madzhab dan aliran dari dinasti yang sedang memimpin? 

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
  1. Bagaimana Latar Belakang Tentang Dinasti Fatimiah?
  2. Apa saja lembaga Pe3ndidikan Pasda Masa Dinasti Fatimiah?
  3. Apa saja ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasti Fatimiah?
  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sekilas Tentang Dinasti Fathimiyah di Mesir (kairo)
Dinasti Fathimiyah berdiri menjelang abad ke-10 ketika kekuasaan Dinasti
Abbasiyah di Baqhdad mulai melemah dan daerah kekuasaannya yang luas tidak lagi terkordinasikan, kondisi ini telah membuka peluang bagi kemunculan dinasti-dinasti kecil di daerah-daerah terutama yang gubenur dan sultannya memiliki tentara sendiri. Diantara dinasti kecil yang memisahkan diri dari Fatimah Az-zahra, Putri Rosulullah saw. Oleh karenanya para kholifah Fathimiyah mengembalikan asal usul mereka kepada Ali bin abi tholib dan Fatimah binti Muhammad Rosulullah. dinasti Fathimiyah ini muncul di Afrika utara pada akhir abad ke tiga hijriah dibawah pimpinan Ubaidillah Al-mahdi yang memiliki mazhab syi'ah Ismailiyah. Mereka mengakui sebagai keturunan nabi melalui Ali dan Fatimah melalui garis Isdma'il putra Ja'far al-sadiq[1].
B.     Kondisi Sosial masa Dinasti Fathimiyah
Masyarakat mesir pada masa dinasti Fathimiyah terdiri dari kelompok Ahlus sunnah dan syi'ah. Kelompok ahlus sunah merupakan kelompok mayoritas yang tinggal di mesir sejak masa Dinasti Thulun.
Kelompok kedua adalah orang-orang Afrika yang dalam Dinasti Fathimiyah ini memiliki kedudukan sebagai tentara-tentara. Mereka tidak pernah menimbulkan permusuhan terhadap pengikut mazdhab sunni ataupun syi'ah selama pemerintahan Dinasti Fathimiyah.
Kelompok masyarakat ke tiga adalah ahlizimah yang terdiri dari orang Yahudi dan nasroni. Kelompok ini banyak menempati posisi jabatan dan kedudukan dalam dinasti ini sehingga banyak pula diantara mereka yang masuk islam dan mengikuti mazdhab Ismailiyah.
Kelompok masyarakat ke empat adalah orang-orang Turki yang telah menetap di mesir sejak masa dinasti Thuluniyyah  hingga masa kholifah al-hakim kelak.
Masyarakat ke lima adalah orang-orang sudan yang telah menetap di mesir sejak masa dinasti Ikhsyidiyah hingga masa kjholifah Al-hakim yang menyelamatkan mereka dari tentara turki. Pada akhirnya mereka aman berada dalam dinasti ini ketika kholifah Al-zahur menikahi ratu sudan.[2]
C.    Politik dalam negri Dinasti Fathimiyah
            Politik dalam negri Dinasti ini hanya memiliki satu tujuan yaitu berusaha mengajak masyarakat untuk memeluk Mazdhab syi'ah Islamiyah, dan menjadikan madszab ini sebagai masdzab utama di negara Mesir wilayah negri yang berada di bawahnya. Untuk hal ini kholifah al-aziz sangat menunjukkan sikap yang baik terhadap orang yahudi dan nasyroni sebagai ayahnya ia juga menikahi perempuan nasyrani dan untuk itu ia bertoleransi dalam pendirian Gereja di wilayahnya.
Al-aziz juga mengangkat Isa bin nestoris kedalam pemerintahannya sementara beliau juga menjadikan Melassa al-Yahudi sebagai wali di syam.[3]
D.    Politik Luar Negri Dinasti Fathimiyah
            Tidak diragukan berdirinya dinasti Fathimiyah di afrika memberikan nuansa kehawatiran pada dinasti abbasiyah  dikarenakan penguasaan mereka atas wilayah ini akan menaikkan derajat fathimiyah di wilayah mesir, syam, pelestina ,dan hejas penguasaan atas wilayah ini pula akan sangat memudahkan dalam mengusai wilayah Baghdad pada masa itu. Karena itu khalifah Abbasiyah memancing dinasti bawaihi untuk memerangi dinasti Fathimiyah yang pada akhirnya terjadi peperangan antara bawaihi dengan Fathimiyah.
E.  Lembaga-Lembaga Pendidikan Dinasti Fathimiyah Di Mesir
      1. Masjid dan Istana
          Pada masa dinasti ini masjid juga menjadi tempat berkumpulnya ulama' Fikih khusus ulama' yang menganut madzhab syi'ah ismaii'liyah juga para wazir dan hakim mereka berkumpul membuat buku tentang madzhab syi'ah islamiyah yang akan di ajarkan kepada masyarakat. diantara tokoh-tokoh yang membuat buku itu antara lain Ya'qub ibnu killis. Fungsi para hakim dalam perkumpulan ini adalah untuk memutuskan perkara yang timbul dalam proses pembelajaran masdzhab syi'ah tersebut.[4]
      2. Perpustakaan
          Perpustakaan juga memiliki peran yang tidak kecil di bandingkan masjid dalam penyebaran aqidah syi'ah islamiyah di masyarakat. Untuk itu para kholifah dan wazir memperbanyak pengadaan berbagai buku ilmu pengetahuan sehingga perpustakaan istananya menjadi perpustakaan yang terbesar pada masa itu, perpustakaan terbesar yang dimiliki dinasti Fathimiyah ini diberi nama "Dar al ilm" yang masih memiliki keterkaitan dengan perpustakaan "Baitul Hikmah"
      Perpustakaan ini didirikan pada tahun 998 M. oleh kholifah Fathimiyah al-aziz (975-996 M.), berisi tidak kurang dari 100.000 volume bahkan bisa jadi 600.000 jilid buku, termasuk 2.400 buah Al-qur'an berhiaskan emas dan perak dan disimpan di ruang terpisah.[5]
      3. Dar al ilm
            Pada bulan jumadil akhir tahun 395 H. / 1005 M. atas saran perdana mentrinya Ya'qub bin killis, kholifah al-Hakim mendirikan jami'ah ilmiyah akademi(lembaga reset) seperti akademi-akademi lain yang ada di baghdad dan di belahan dunia lain. Lembaga ini kemudian diberi nama "Dar al-hikmah". disinilah berkumpul para ahli fikih, astronum, doktor, ahli nahwu dan bahasa untuk mengadakan penelitian ilmiyah  al-maqrizy mengatakan tentang hal itu.
F. Ilmu Pengatahuan Pada Masa Dinasti Fathimiyah
               Pada masa ini ulama' membagi ilmu pengatahuan kepada dua macam :
            1. Ilmu yang berhubungan dengan Al-qur'an Al-karim
2. Ilmu pengatahuan yang bukan bersumber dari arob.
    Ilmu yang bersumber dari Al-qur'an disebut dengan ilmu naqliyah atau syar'iyah yaitu ilmu tafsir, qiroat, ilmu hadis, fiqih dan lain sebagainya.[6]
1. Bahasa dan Sastra
            Diantara ulama' yang terkenal pada masa ini adalah Abu thehin an-nahwi, Abu ya'qub yusuf bin Ya'qub. Abu hasan ali bin ibrahim yang telah mengarang beberapa buku sastra dan belum sempat diterjemahkan bukunya tersebut oleh ibnu khalikan.

2. Kedokteran
            Dinasti Fathimiyah memberikan perhatian yang sangat besar pada keahlian kedokteran. dinasti ini menempatkan posisi dokter ditempat yang tinggi dengan memberikan penghargaan berupa uang dan kedudukan yang terhormat diantara dokter itu adalah: Abu abdullah muhammad bin ahmad bin sa'id an-namimi yang bertempat tinggal di beitul maqdis dan banyak belajar ilmu kedokteran dari seorang pendeta.
3. Syair
            Para penyair pada masa ini melakukan pujian-pujian terhadap kholifah dengan menghina syair-syair ahli sunnah, dengan pekerjaan ini mereka medapat banyak imbalan dari kholifah di antara penyair itu adalah ibnu hani, para penyair ini bersama kholifah mencoba menyebarkan doktrin syi'ah ismaii'liyah melalui pantun dan syair.
4. Filsafat
            Tokoh filsafat yang terkenal pada masa dinasti Fatimiyah ini adalah yang disebut dengan ikhwan al-shafa. Sementara itu filusuf yang terkenal pada masa ini adalah :
Abu hatim al-fazi(322 H.) yang menjadi tokoh pada masa kholifah Ubaidillah al-mahdi merupakan orang yang dalam bidang sastra, Falsafat, ia merupakan tokoh propakandis di wilayah ray. Pengaruh propagandanya sangat besar yang dilakukannya di madrasah "yang di bangun oleh Ubaidillah al-mahdi yang berada di Afrika utara". Filusuf yang lain adalah:
* Abu Ubaidillah an-nasfi(331 H.)
* Abu Hanifah an-nu'man al-maghribi(363/973-974 M.)
** Karya-karyanya :
            * Al-da'ai'mu al-islam fidzikri al-halal wa al-haram
            * Wa al-qodhaya wa al-hakam
            * Mukhtasor al-atsar
            * Kitab al-buyu'
** Ja'far bin masykur al-yaman
** Karya-karyanya
            * Ta'wil al-zakat
            * Surair al-nutqa'u
            * Al-kasyfu
                        * Al-jafru al-aswad
                        * dan lain sebagainya.
G. Pengaruh Dinasti Fathimiyah terhadap Institusi Peradilan dan
                keagamaan
                        pada saat penaklukan Jauhan Al-misyriyyah gubenur militer dinasti Fathimiyah menawarkan surat jaminan keamanan kepada para bangsawan kota Fustat (kelak, kota ini dijadikan ibu kota dinasti Fathimiyah) untuk memuluskan jalan bagi terlaksananya program-program politik rizim baru, termasuk pengaturan kehidupan keagamaan masyarakat.[7]
                        Pada hari pertama penaklukan, nama kholifah Fathimiyah Al-mu'izz yang saat itu masih berkuasa di tunisia di sebut-sebut dalam khutbah Jum'at di masdjid Agung Fustat. Ini juga di maksudkan sebagai cara untuk memperlihatkan keinginan rezim baru untuk menegakkan citra islam dengan cara mengembalikan fungsi kota-kota suci dan keadilan di negri-negri islam.[8]
                        Dinasti Fathimiyah mulai mengadakan penyesuaian praktek dan kepercayaan agama di mesir secara bertahap, termasuk dengan cara memperkenalkan cara adzan syi'ah.[9]
                        Di Afrika utara kekuasaan mereka segera menjadi besar. Tahun 909 mereka dapat menguasai dinasti Rustamiyah dari tahert dan menyerang bani idris di maroko.
                        Kholifah-kholifah daulah Fathimiyah secara keseluruhan ada 14 orang, tetapi yang berperan adalah :
1.      Ubaidillah Al-mahdi
2.      Qo'im (322 H. / 934 M.)
3.      Mansur (334 H. / 945 M.)
4.      Mu'lza (341 H. / 952 M.)
5.      Aziz (364 H. / 973 M.)
6.      Hakim (386 H. / 996 M.)
7.      Zahir (411 H. / 1020 M.)
8.      Mustansir (427 H. / 1035 M.)[10]
Pekerjaan Fathimiyah yang pertama adalah mengambil kepercayaan ummat islam bahwa mereka adalah keturunan Fathimiyah putri Rosul dan istri dari Ali bin abithalib. Tugas yang selanjutnya diperankan oleh Muiz yang mempunyai seorang jendral bernama Jauhar sicily yang dikirim untuk menguasai mesir sebagai pusat dunia islam zaman itu. Berkat perjuangan jendral Jauhar, mesir dapat di rebut dalam masa yang pendek.
Tugas utamanya adalah :
a.       mendirikan ibu kota baru yaitu kairo
b.      membina suatu Universitas islam yaitu Al-azhar
c.       menyebar luaskan ideologi Fathimiyah, yaitu syi'ah, kepalestina, syiria dan hijaz.[11]  
 

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Kejayaan intelektual pada masa dinasti Fathimiyah inipun memudar dengan kemungkinan-kemungkinan berikut :
1.      Perang, mengakibatkan hancurnya perpustakaan-perpustakaan serbuan mungul, perang salip, dan pengusiran muslim dari sepanyul meminta korban sejumlah perpustakaan besar di kota-kota semacam Baghdad dll.
2.      pengertian pemerintahan dan ketidak stabilan politik dan ekonomi juga berpengaruh : langsung, sebab kebanyakan perpustakaan dan lembaga keilmuan dibiayai oleh pemerintah. dengan hancurnya pusat dan sumber-sumber ilmu pengatahuan ini, semakin berkurang pengembangan intelektual. Sementara itu keruntuhan kreativitas dan ilmu pengatahuan muslim, bertepatan dengan Fase-fase awal kebangkitan intelektual Eropa. Maka tibalah pengaliran kejayaan ilmu pengatahuan.
3.      dari pemaparan diatas, maka jelas diketahui bahwa sekolah-sekolah yang ada pada masa klasik bisa disebut sekolah yang bercirikan teologis karena didirikan tidak hanya berlandaskan mutif sosial tapi juga politik dan agama dalam hal untuk menjaga kesinambungan mahzab dan aliran serta masa pemerintahan dinasti yang memimpin.

B. Saran
            Demikianlah pembuatan makalah yang telah kami buat, dan kami menyadari bahwa dalam makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mohon keritik dan saran yang membangun dari para pembaca khususnya dari Dosen Pengampu mata kuliah “Sejarah Peradaban Islam”.

 DAFTAR PUSTAKA

-          An-na'im Ahmed Abdullah, "Islam Dan Negara Skuler", (Bandung : PT Mizar Pustaka : 2007)
-          Musyrifah sunanto, "Sejarah Islam Klasik", (Jakarta : Kencana, 2003)
-          Thohir Ajid "perkembangan peradaban di kawasan dunia islam" (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004)
-          Sowito, "Sejarah Social Pendidikan Islam", (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup,2005).
-          Yatim Badri "Sejarah Peradaban Islam Dirosal Islamiyah Ii", (Jakarta: Raja Wali Perscitra Maya Kuku Perguruan Tinggi, 1991)
     

 


1.       Sowito, “Sejarah Sosial Pendidikan Islam”. (Jakarta: Kencana Prenada Media Graoup, 2005). Hlm, 122.
2.       Ibid, hlm, 123.

3.       Sowito, “Sejarah Sosial Pendidikan Islam”. (Jakarta: Kencana Prenada Media Graoup, 2005). Hlm,124.
[4].  Ibid, hlm, 125.
[5].  Sowito, “Sejarah Sosial Pendidikan Islam”. (Jakarta: Kencana Prenada Media Graoup, 2005). Hlm,   128                                                                   
[6] . Ibid, hlm, 131.

[7]. Abdullahi Ahmed An-na'im,"Islam dan Negara Skuler",(Bandung :PT Mizan Pustaka:2007), hlmn,117.
[8].  Ibid, hlm, 117.
[9].  Ibi'd. hlmn. 119.
[10]. Sunanto Musyrifah, “Sejarah Islam Klasik” ( Jakarta: Kencana, 2003). Hlm, 146.
[11]. Ibid, hlm, 147.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMUGA BERMAMFAAT