1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar
Adapun keutamaan Lailatul
Qadr, maka cukuplah bagi kita firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ . تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا .
(Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril –QS Al Qadr ayat 3, 4).
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ {3} تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
•Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
•Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan.
•Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan.
2. Waktunya
Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam
Lailatul Qadr itu pada malam terakhir bulan Ramadhan, berdasarkan hadits
‘Aisyah radiyallahu ‘anha, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda,
(yang artinya) “Carilah malam Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari 4/255 dan Muslim 1169)
Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu,
janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat Ibnu Umar
(dia berkata): Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang
artinya), “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan
sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).
Kesimpulannya, jika seseorang muslim mencari
malam Lailatul Qadar, carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir, 21, 23,
25, 27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari ppada sepuluh hari terakhir,
maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25, 27 dan 29. Wallahu
a’lam.
3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar
Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa
yang diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh
kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi)
orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu, dianjurkan bagi
muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk
menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan
pahalaNya yang besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah
dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
(yang artinya), “Barangsiapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar
dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759)
<Disunnahkan untuk memperbanyak do’a pada
malam tersebut. Telah diriwayatkan dari sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
(dia) berkata, "Aku bertanya, Ya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang
harus aku ucapkan?" Beliau menjawab, "Allahumma innaka ‘afuwwun
tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii. Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan mencintai
orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku." (HR Tirmidzi (3760), Ibnu
Majah (3850), dari Aisyah, sanadnya shahih.
Saudaraku -semoga Allah memberkahimu dan memberi
taufiq kepadamu untuk mentaatiNya – engkau telah mengetahui bagaimana keadaan
malam Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan
sholat) pada sepuluh malam hari terakhir.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk pada sepuluh hari
(terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya (menjauhi wanita yaitu
istri-istrinya karena ibadah, menyingsingkan badan untuk mencari Lailatul
Qadar), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhari
4/233 dan Muslim 1174).
Juga dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, (dia
berkata), “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir),
yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR Muslim
1174).
4. Tanda-tandanya
Tanda-Tanda Lailatul Qadar – Buka Mata. Semoga
artikel yang berjudul " Tanda-Tanda Lailatul Qadar " bermanfaat.
Tanda-Tanda Lailatul Qadar telah dijelaskan oleh Rasulullah dalam beberapa
riwayat berikut :
Sebagaimana dikatakan oleh Ubay bin Ka’b pada hadits, beliau berkata:
Sebagaimana dikatakan oleh Ubay bin Ka’b pada hadits, beliau berkata:
بِالْعَلاَمَةِ أَوْ بِالآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا.
" Dengan tanda yang pernah Rasulullah kabarkan kepada kami, yaitu (matahari) terbit (pada pagi harinya) tanpa sinar (yang terik)".
Juga sebagaimana hadits Ibnu Abbas, ia berkata:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ, تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيْحَتُهَا صَفِيْقَةً حَمْرَاءَ.
"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang
(tanda-tanda) Lailatul Qadar: “Malam yang mudah, indah, tidak (berudara) panas
maupun dingin, matahari terbit (di pagi harinya) dengan cahaya kemerah-merahan
(tidak terik)"
Juga hadits tanda-tanda malam lailatul qadar lainnya oleh Jabir bin Abdillah, beliau berkata:
Juga hadits tanda-tanda malam lailatul qadar lainnya oleh Jabir bin Abdillah, beliau berkata:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنِّيْ كُنْتُ أُرِيْتُ
لَيْلَةَ الْقَدْرِ, ثُمَّ نُسِّيْتُهِا, وَهِيَ فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ
لَيْلَتِهَا, وَهِيَ لَيْلَةٌ طَلْقَةٌ بَلْجَةٌ لاَ
حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ.
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya aku pernah
diperlihatkan (bermimpi) Lailatul Qadr. Kemudian aku dibuat lupa, dan malam itu
pada sepuluh malam terakhir. Malam itu malam yang mudah, indah, tidak
(berudara) panas maupun dingin"
Demikian pula hadits Ubadah bin Ash Shamit, ia berkata:
Demikian pula hadits Ubadah bin Ash Shamit, ia berkata:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِيْ
الْعَشْرِ الْبَوَاقِيْ, مَنْ قَامَهُنَّ ابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى يَغْفِرُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ, وَهِيَ
لَيْلَةُ وِتْرٍ, تِسْعٌ أَوْ سَبْعٌ أَوْ خَامِسَةٌ أَوْ ثَالِثَةٌ أَوْ آخِرُ
لَيْلَةٍ, وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ َ: إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا
صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ, لاَ
بَرْدَ فِيْهَا وَلاَ حَرَّ, وَلاَ يَحِلُّ
لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحَ, وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً,
لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ.
"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul Qadr (terjadi) pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam itu karena berharap keutamaannya, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu & yang akan datang. Dan malam itu adalah pada malam ganjil, ke dua puluh sembilan, dua puluh tujuh, dua puluh lima, dua puluh tiga atau malam terakhir di bulan Ramadhan,” dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya tanda Lailatul Qadr adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu"
5. AMALAN YANG DILAKUKAN
1. Melakukan I’tikaf.
Sebagaimana hadits Aisyah, ia berkata:
Sebagaimana hadits Aisyah, ia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ
الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ
مِنْ بَعْدِهِ.
Sesungguhnya Nabi melakukan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir di bulan
Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau melakukan
i’tikaf setelahnya. [Hadits yang semisal dengannya ialah, hadits Abdullah bin
Umar]
Hadits lain dari Aisyah, ia berkata:
Hadits lain dari Aisyah, ia berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِيْ الْعَشْرِ
الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ.
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersungguh-sungguh pada sepuluh
malam terakhir, yang kesungguhannya tidak seperti pada waktu-waktu
lainnya"
Ada juga hadits lainnya dari Aisyah, ia berkata:
Ada juga hadits lainnya dari Aisyah, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرَ شَدَّ
مِئْزَرَهُ وَأحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ.
"Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila memasuki sepuluh malam
terakhir, (beliau) mengikat sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan
istri-istrinya (untuk shalat malam)".
Ibnu Katsir berkata: "Makna perkataan Aisyah “ شَدَّ مِئْزَرَهُ “, ialah menjauhi istri (tidak menggaulinya), dan ada kemungkinan bermakna kedua-duanya (mengikat sarungnya dan tidak menggauli istri)" .
2. Memperbanyak Doa.
Ibnu Katsir berkata: "Dan sangat dianjurkan (disunnahkan) memperbanyak doa pada setiap waktu, terlebih lagi di bulan Ramadhan, dan terutama pada sepuluh malam terakhir, di malam-malam ganjilnya"
Doa yang dianjurkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ialah:
Ibnu Katsir berkata: "Makna perkataan Aisyah “ شَدَّ مِئْزَرَهُ “, ialah menjauhi istri (tidak menggaulinya), dan ada kemungkinan bermakna kedua-duanya (mengikat sarungnya dan tidak menggauli istri)" .
2. Memperbanyak Doa.
Ibnu Katsir berkata: "Dan sangat dianjurkan (disunnahkan) memperbanyak doa pada setiap waktu, terlebih lagi di bulan Ramadhan, dan terutama pada sepuluh malam terakhir, di malam-malam ganjilnya"
Doa yang dianjurkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ialah:
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ
Sesuai dengan hadits Aisyah berikut ini:
قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ
لَيْلَةَ الْقَدْرِ, مَا أَدْعُوْ؟
قَالَ: تَقُوْلِيْنَ: اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ, تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ
عَنِّيْ.
"Aku (Aisyah) bertanya: “Wahai, Rasulullah. Seandainya aku bertepatan
dengan malam Lailatul Qadr, doa apa yang aku katakan?” Beliau menjawab:
“Katakan: Ya, Allah. Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf.
Maka, maafkan aku" .
3. Menghidupkan Malam Lailatul Qadr Dengan Melakukan Shalat Atau Ibadah Lainnya.
3. Menghidupkan Malam Lailatul Qadr Dengan Melakukan Shalat Atau Ibadah Lainnya.
Sebagaimana hadits Abu Hurairah, beliau berkata:
عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً
وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ, وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
"Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , beliau bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan (dari
Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa
yang menghidupkan malam Lailatul Qadr dengan penuh keimanan dan pengharapan (dari
Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar