Sabtu, 01 September 2012

puisi galau hati



mendung  di langit

hantu hantu ….
dari balik awan hitam, melontarkan mantera
pada rumput negeri “mandi bidadari”

kala  disodori  bunga warna-warni
beralas nampan berenda bunga emas
langit hitam pekat menepisnya, menghardik
dan mencoba membius “gelora” anak jaman
yang terpingit dalam tirai kelam
beraroma kebusukan jiwa…
kita  di dalamnya

ke mana lagi mereka akan merebah,
bila peraduan telah dihempas anak negeri
bersepatu pantovel dan berkemeja negeri sebrang
dan kerikil tajam tempat mengadu sang keluh
telah menggigit kulit kaki telanjang
haruskah mereka ganti dengan kepalan tangan….(Semarang, 7 Desember 2011).

bangkit
sebuah teriakan panjang, dari punggung Mahameru
bergema suara  malaikat malaikat berjubah hitam,
bersama angin keing kerontang, berkawan durjana
memantul ke semua hunian perdu dan belukar
dada dan lengan kecil  menurunkan sorot matanya
kelopak dan tangkainya, menyambangi
huma dan belalang untuk menyambutnya,

meski berpaut pada  sawah dam ladang
mereka terjaga, untuk menjaring angin gunun. (Semarang, 7 Desember 2011).
.
Tidur Panjang
mengapa mesti sebuah tidur panjang,
bila lentik sinar matahari menyelinap
pada retakan dinding papan rumah kita
tubuh inipun akan tersengat,
oleh roda- roda lapar dan geram menerjang
menelan hidup kita, ….(Semarang, 7 Desember 2011).

lampu jalan
jalan jalan berambut baliho dan berbibir reklame
arah kota itu, bertindih dengan deru debu milik nafsu
rumah rumah kardus adalah senyum kota itu dalam duka
mereka berpaling dari lampu lampu jalan
taman taman kota menerkam kepalsuan
aku tersudut di dalamnya,
kota itu berhias bedak pupur  dan  malam jalang

 (Semarang 22 Mei 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMUGA BERMAMFAAT