BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dahulu, apabila mendengar
kata “penelitian”, orang sering membayangkan suatu kesibukan di laboratorium.
Seorang ahli sedang asyik mengamati reaksi zat-zat yang dicampur di tabung
reaksi, atau dalam labu didih, tabung erlenyemer, atau alat-alat lain yang
serba rumit. Dengan demikian, kegiatan meneliti merupakan suatu kegiatan
monopoli para ahli.[1]
Orang-orang di laboratorium memang
sedang mengadakan penelitian. Tetapi mereka melakukan penelitian dalam bidang
ilmu pengetahuan. Sedangkan penelitian itu boleh dilakukan oleh semua bidang
ilmu.
Ilmu dapat dikembangkan dengan
adanya penelitian. Kebanyakan orang terpelajar mempelajari teori-teori
metodologi penelitian hanya untuk bekal menghadapi tesis atau skripsi. Padahal
tujuan mempelajari metodologi penelitian tidak sesempit itu. Ketika masih dalam
bangku kuliah, mahasiswa mempelajarinya dengan serius karena untuk bekal
penelitian dalam penulisan skripsi atau tesis, apalagi mendekati semester
akhir. Setelah selesai dan lulus dengan hasil penelitian yang telah dilakukan,
mereka kemudian melupakan begitu saja karena hanya beranggapan penelitian
mereka hanya sampai disitu. Ilmu metodologi penelitian yang diperoleh hanya
digunakan sebatas itu saja. Yang harus diketahui adalah ilmu akan berkembang
ketika dilakukan banyak penelitian. Kesimpulannya, penelitian penting untuk dilakukan
demi berkembangnya ilmu-ilmu secara ilmiah disetiap bidangnya masing-masing.
Seorang ahli masak
membuat kue dengan bahan sekian ons terigu, sekian butir telur, sekian ons gula
pasir, sekian ons mentega, dan bahan-bahan lain. Setelah melalui proses
pembuatan, kemudian diperoleh sebuah kue yang lezat. Ahli masak tersebut tidak
puas dengan hasil pekerjaannya itu. Ia selalu berpikir mencari akal bagaimana
agar diperoleh kue yang lebih enak lagi dengan bahan-bahan yang jumlahnya sama,
atau kalau bisa dengan bahan yang lebih sedikit sehingga biayanya lebih murah.
Ahli masak ini sebenarnya juga sedang mengadakan penelitian. Tetap tidak
melalui prosedur yang jelas, dan tidak melaporkan hasilnya dalam bentuk
tulisan.[1]
Metode penelitian merupakan cara
ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Cara
ilmiah berarti kegiatan itu dilandasi oleh metode keilmuan. Menurut Jujun S.
Suriasumantri(1978) metode keilmuan ini merupakan gabungan antara pendekatan
rasional dan empiris. Pendekatan rasional memberikan kerangka berpikir yang
koheren dan logis. Sedangkan pendekatan empiris memberikan kerangka pengujian
dalam memastikan suatu kebenaran.[2]
Sekarang
jelas sudah bahwa setiap orang berhak melakukan penelitian kapanpun dan
dimanapun. Tetapi dengan mempelajari metodologi penelitian, penelitian akan
memiliki prosedur dan aturan yang sistematis sehingga hasil yang diperoleh
lebih jelas.
Sebelum melakukan
penelitian, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Salah satunya adalah
menentukan variabel-variabelnya. Variabel adalah konstruk (construct) atau
sifat yang akan dipelajari (Kerlinger; 1973)[3]. Sutrisno
Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis
kelamin,
karena jenis kelamin
mempunyai variasi: laki-laki---perempuan; berat badan dan sebagainya.[1]
Variabel dibedakan menjadi dua
jenis; variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Contoh variabel
kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari, dan lain
sebagainya. Contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran kepandaian.[2]
A. Rumusan Masalah
1.
Memberikan
pengertian variabel dalam proses penelitian.
2.
Menyebutkan dan
menjelaskan macam-macam variabel.
B. Tujuan
Penulis
memiliki beberapa tujuan penulisan diantaranya:
1.
Tujuan Umum:
§ Untuk mengetahui pengertian variabel
dalam proses penelitian.
§ Untuk menjelaskan macam-macam variabel
2.
Tujuan Khusus:
§ Untuk memenuhi tugas mata kuliah
metodologi penelitian.
BAB
II
PAMBAHASAN
A.
Definisi Variabel
Pada dasarnya variabel penelitian
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang telah ditetapkan oleh para
peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian dapat menarik kesimpulan.
Sebelum
pembahasan ini lebih berlanjut kita harus mengetahui apakah variabel itu? Ada
beberapa definisi tentang variabel. Menurut (Hatch dan Farhady, 1981), variabel
merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Misalnya;
tinggi, berat badan, sikap, motivasi, disiplin kerja dan kepemimpinan merupakan
atribut-atribut dari setiap orang. (Kidder 1981) menyatakan bahwa variabel
adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan
darinya. Untuk mendapatkan kesimpulan yang berkualitas dari suatu penelitian,
maka penelitian harus berdasarkan pada sekelompok sumber data atau objek yang
berkualitas. [1]
Sebagian besar
para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang oleh
para peneliti telah dimanipulasi, dikontrol atau diobservasikan ke dalam suatu
penelitian. Selain itu ada yang mengatakan bahwa variabel penelitian adalah
segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan suatu penelitian dan dapat
dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan
dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
Variabel
penelitian juga ditentukan oleh landasan teoritisnya dan ditegaskan oleh
hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu
penelitian berbeda, maka akan berbeda pula variabelnya. Pada dasarnya banyak variabel
sangat bergantung oleh sederhana atau runtutnya penelitian.
Makin sedehana rancangan penelitian maka variabelnya juga akan makin
sederhana, dan sebaliknya.[1]
Variabel dapat diartikan sebagai
atribut dari seseorang atau dari obyek yang mempunyai “variasi” antara satu
orang dengan yang lain atau satu obyek dengan yang lain. Tinggi, berat badan,
sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari
setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan atribut-atribut dari
obyek.
Dinamakan variabel karena ada
variasinya. Misalnya berat badan dapat dikatakan variabel karena berat badan
antara sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Demikian
juga motivasi, persepsi dapat juga dikatakan sebagai variabel karena misalnya
persepsi dari sekelompok orang pasti bervariasi.
Kerlinger(1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (construct) atau sifat yang akan dipelajari. Diberikan
contoh misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial,
jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. Di bagian
lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat
yang dapat diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian variabel itu merupakan
sesuatu yang bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981), menyatakan bahwa variabel adalah suatu
kualitas (qualities) dimana peneliti ingin mempelajari dan menarik
kesimpulan darinya.[2]
A.
Macam-macam variabel
Menurut
hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam
variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:
1.
Variabel Independent
Variabel ini sering disebut sebagai Variabel Stimulus, Predictor,
Antecedent. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel bebas.
Variabel ini adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki pula berbagai aspek
atau unsur, yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain
yang disebut variabel terikat.
Adanya
variabel ini tidak dipengaruhi atau tidak ditentukan oleh ada atau tidaknya
variabel lain. Dengan kata lain, ada atau tidak variabel ini, secara pasti akan
memunculkan atau mempengaruhi variabel terikat, sehingga tanpa variabel bebas,
maka tidak akan ada variabel terikat. Demikian pula dapat terjadi bahwa jika
variabel bebas berubah, maka akan muncul variabel terikat yang berbeda satu
atau yang lain, bahkan juga sama sekali tidak muncul atau tidak ada.
Contoh:
Misalnya dalam penelitian tentang
masalah peningkatan produksi susu pada jenis sapi tertentu. Untuk itu
ditetapkan variabel terikatnya bahwa kualitas dan kuantitas susu sapi
dipengaruhi oleh makanan. Untuk itu ditetapkan dua jenis makanan tambahan yang
akan diberikan disamping rumput sebagai makanan utama, yang dalam penelitian
berfungsi sebagai variabel bebas. Gejala didalam variabel tu terdiri tiga jenis
makanan tambahan (jenis A, jenis B, dan
jenis C). Didalam setiap makanan
itu terdapat aspek-aspeknya berupa komposisi bahan yang terdapat dalam
masing-masing jenis makanan yang berbeda satu dengan yang lain. Hasilnya berupa
variabel terikat yang dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel bebas adalah produksi
susu setiap sapi dari jenis tertentu itu, baik dilihat dari segi kuantitas dan
kualitasnya.
2. Variabel Dependent
Sering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria,
Konsekuen, Variabel Efek, Variabel Terpengaruh, Variabel Terikat atau Variabel
Tergantung.
Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan
Persamaan Struktural, Variabel dependen disebut juga sebagai Variabel Indogen.Variabel Terikat merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut Variabel Terikat karena variabel
ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel independent.
Variabel
ini adalah himpunan dari sejumlah gejala yang memiliki pula sejumlah aspek atau
unsur didalamnya, yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi
variabel lain, yang disebut variabel bebas. Ada atau tidak variabel ini
tergantung pada ada atau tidaknya variabel bebas. Tanpa variabel bebas
tertentu, maka variabel ini tidak akan muncul atau tidak ada. Variabel terikat
akan berubah atau tidak muncul sama sekali, apabila variabel bebas berubah atau
tidak ada.
Dari
contoh diatas, tentang masalah peningkatan produktivitas susu sapi jelas bahwa
yang menjadi variabel terikat adalah kualitas dan kuantitas susu sapi yang
dihasilkan setelah mendapat makanan jenis A, B, dan C. Perbedaan jumlah dan
unsur-unsur yang menentukan tinggi rendahnya mutu susu sapi yang dihasilkan
merupakan aspek-aspek didalam gejala yang terdapat didalam variabel terikat.
1.
Varibel
Moderator
Analisis hubungan yang
menggunakan minimal dua variabel, yakni satu variabel dependen dan satu atau
beberapa variabel independen, adakalanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang tidak dimasukkan dalam model staistik yang kita gunakan. Dalam analisis
statistik ada yang dikenal dengan variabel moderator. Variabel moderator ini
adalah variabel yang selain bisa memperkuat hubungan antar variabel, dilain
pihak juga bisa memperlemah hubungan antara satu atau beberapavariabel
independen dan variabel dependen. Misalnya pelatihan yang diikuti karyawan
sebuah perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan ketrampilan menyelesaikan
tugas-tugas administrasi. Seluruh karyawan yang mengikuti pelatihan tersebut
memiliki jenjang pendidikan yang sama. Tetapi setelah selesai mengikuti
pelatihan dan dilakukan uji ketrampilan, ternyatakemampuan karyawan yang berasal dari sekolah
kejuruan, memiliki ketrampilan yang lebih baik dibandingkan dengan karyawan
yang berasal dari Sekolah Unum. Perbedaan ketrampilan karyawan yang berasal
dari sekolah Kejuruan, dibendingkan dengan Ketrampilan Kerja disebabkan oleh
adanya perbedaan kemampuan menyerap materi yang disampaikan ketika melaksanakan
pelatihan. Kondisi ini bisa saja terjadi karena ada variabel moderator yang
bisa menyebabkan karyawan yang berasal dari Sekolah Umum memiliki motivasi yang
lebih rendah untuk mengikuti pelatihan jika dibandingkan dengan Karyawan yang
berasal dari sekolah Kejuruan. Dalam contoh di atas pelatihan adalah variabel
independen, prestasi kerja adalah variabel dependen, dan motivasi untuk
mengikuti pelatihan adalah variabel moderator. Atau dengan kata lain, variabel
moderator memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan variabel
independen dalam mempengaruhi variabel dependen.
Contoh:
Hubungan perilaku suami dan istri akan semakin
baik (kuat) kalau mempunyai anak, dan akan semakin renggang kalau ada pihak
ketiga ikut mencampuri. Disini anak sebagai variable moderator yang memperkuat
hubungan, dan pihak ketiga sebagai variable moderator yang memperlemah hubungan
perilaku suami =variable independent
perilaku istri = variable dependent
jumlah anak = variable moderator
Hubungan motivasi dan
prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan guru dalam menciptakan iklim
belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik
dalam menciptakan iklim belajar.
disipli = variable independent
kecpatan kerja =variable dependent
peran orang tua =variable modern
1.
Variabel
Intervening
Dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan “an
intervening variabel is that factor that theoretically affect the observed
phenomenon but cannot be seen, measure, or manipulate”. Variabel
Intervening adalah Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
Variabel Bebas dengan Variabel Terikat, tetapi Tidak Dapat Diamati dan Diukur.
Variabel ini merupakan variabel Penyela/Antara yang
terletak diantara Variabel Bebas dan Variabel Terikat, sehingga Variabel Bebas
tidak secara langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya Variabel
Terikat.
Contoh:
Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak
langsung terhadap umur harapan hidup. Di sini ada varaibel antaranya yaitu yang
berupa Gaya Hidup seseorang. Antara variabel penghasilan dan gaya hidup
terdapat variabel moderator yaitu Budaya Lingkungan Tempat Tinggal.
5. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah peubah yang
dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independent (peubah
bebas) terhadap variabel dependent (peubah tak bebas) tidak dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diamati. Variabel
kontrol ini sering digunakan dalam penelitian komparatif, yang bersifat
melakukan perbandingan. Variabel ini (kontrol), kualitas dan
kuantitasnya biasanya bisa dikendalikan oleh peneliti sesuai dengan waktu dan
tempat yang dikehendaki. Misalnya saja produktivitas lahan sawah yang diukur
dengan satuan penggunaan bibit, peneliti menggunakan variabel kontrol dalam
bentuk kualitas dan kuantitas pupuk yang sama. Akan tetapi kualitas dan
kuantitas bibitnya berbeda. Kualitas dan kuantitas bibit padi sebagai variabel
bebas, yang diukur dalam satuan kg., sedangkan produktivitas lahan sawah
merupakan variabel terikat yang diukur dalam satuan ton, sedangkan kualitas dan
kuantitas pupuk dalam jumlah sama digunakan sebagai variabel kontrol.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Variabel adalah gejala-gejala atau fenomena atau keadaan yang bervariasi
atau berubah-ubah atau tidak tetap. Seperti tingkat kecerdasan seseorang, minat
belajar, motivasi, keimanan/keyakinan, dan lain-lain. Variabel sangat
dibutuhkan dalam penelitian. Dalam hal ini dibedakan atas variabel kualitatif
dan kuantitatif. Untuk penelitian kuantitatif harus memiliki minimal satu
variabel. Sedangkan untuk penelitian kualitatif memerlukan minimal dua
variabel.
·
Adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dimana
didalamnya terjadi hubungan
sebab–akibat.
Variabel bebas dan variable terikat juga sering disebut sebagai variable X dan
variable Y. Runtutan perjalanan variable diawali oleh permasalahan yang timbul
karena adanya ketimpangan antara harapan dan kenyataan sehingga mengakibatkan
suatu hal diluar harapan terjadi karena beberapa penyebab.
DAFTAR PUSTAKA
·
Effendi. Sofian. Metode
Penelitian Survey,Jakarta, LP3ES,1989.
·
Nawawi.Hadari.Penelitian Terapan,Yogyakarta,
Gadjah Mada Press,1994
·
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta,
2009.
·
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung,
Alfabeta, 1997.
·
Arikunto, Prof. Dr. Suharsini, Prosedur Penelitian suatu pendekatan
praktik, Jakarta, PT ASDI MAHASATYA, 2006
[1] Prof. Dr. Ir.
M.S Abdi S.P., M.P., Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Bandung;
Alfabet, 1997), hlm 81.
[1] Ibid, hlm 2.
[2] Dr. Sugiyono, Metode
Penelitian Administrasi, (Bandung: ALFABETA, 1998), hlm 1.
[3] Ibid, hlm 20.
[1] Prof. Dr.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
PT Asdi Mahasatya, 2006), hlm 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar