Sabtu, 20 April 2013

pendidikan


BAB
TUJUAN PENDIDIKAN
  A.    Pengertian Tujuan Pendidikan.
Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan ialah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu diarahkan.( Dirto Hadisusanto, Suryati Shidarto, dan Dwi Siswoyo, 1995). Sasaran yang ingin dicapai melalui pendidikan memiliki ruang lingkup sama dengan fungsi pendidikan. Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Sehingga tujuan pendidikan bisa dimaknakan sebagai suatu system nilai yang disepakati kebenaran dan kepentingannya yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan, baik dijalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah.
Dalam rumusan Undang-Undang RI nomor 2 tahun 1989 disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah’’ mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.,,yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.’’ Sedangkan menurut Undang-Undang terbaru yakni Undang-Undang RI nomer 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional disebutkan bahwa, pendidikan nasional berupaya mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan bermantabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi pesarta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga  Negara yang Demokratis Serta Bertanggung jawab.[1]

Sebagaimana telah kita pahami bahwa pembangan manusia seutuhnya telah menjadi tujuan pendidikan nasional, dan mungkin saja telah menjadi tujuan pendidikan nasional diberbagai Negara.tetapi pada kenyataannya kita sering kurang jelas atau kesulitan menemukan gambaran manusia seutuhnya, dan akan lebih sulit lagi ketika harus merumuskan bagaimana mengembangkan manusia yang utuh, terintegrasi, selaras, serasi dan seimbang dari berbagai aspek dan potensi yang dimiliki manusia.menurut Manfur, secara garis besar sasaran pendidikan umum yaitu semua manusia dalam berbagai usia, keberadaan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan dalam status apapun.yang dimaksud semua manusia adalah berbagai usia secara keseluruhan manusia dari mulai ank-anak, remaja, dewasa dan orang tua.[2] 
Jadi cukup jelas bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq Mulia, sehat, kreatif, mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab kepada dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara serta agamanya.[3]
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karenanya tujuan pendidikan memiliki fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai opeh segenap kegiatan pendidikan.[4]
B.     Kedudukan Dan Fungsi Tujuan Pendidikan
Tujuan pendiddikan tersususn menurut tingkat-tingkat tertentu, mulai dari tujuan yang sangat luas sampai ketujuan-tujuan yang spesifik.[5]
Tujuan pendidikan harus sesuai dengan jenjang pendidikan mulai dari jenjang pendidikan tingkat bawah hingga pendidikan tinggi. Tingkat jenjang pendidikan dibawahnya seharusnya melandasi jenjang pendidikan diatasnya dan seterusnya. Oleh karena itu, tujuan pendidikan berdasarkan jenjang pendidikan merupakan suatu rangkaian, kesatuan sistem, dan berkesinambungan.[6]
Tujuan pendidikan bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, akan tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik( Umar Tirta Rahardja dan La Sulo,1994). Tujuan pendidikan juga bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak, tidak kelihatan panca indera tetapi bisa dihayati dan dipahami oleh pemiliknya.
Dalam kegiatan pendidikan, tujuan memiliki kedudukan yang amat penting. Lebih-lebih bila dibandingkan di antara aneka komponen lain dalam penyelenggaraan pendidikan, tujuan pendidikan merupakan komponen yang amat fital. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua komponen diadakan, seluruh kegiatan pendidikan diupayakan, semuanya semata-mata hanyalah tertuju kepada pencapaian tujuan pendidikan.Oleh karenanya,semua hal dan semua kegiatan penyelenggaraan pendidikan yang menyimpang dari pencapaian tujuan pendidikan, dianggap sebagai praktik pendidikan yang menyimpang juga.
Pada bagian lain tujuan pendidikan memiliki fungsi yang amat penting pula selain penting dalam kedudukannya. Fungsi tujuan pendidikan adalah mengarahkan, memberikan orientasi, dan memberikan pedoman kea rah mana pendidikan diselenggarakan sebaik-baiknya. Oleh karena tujuan pendidikan memiliki fungsi yang amat penting tersebut, meka tujuan pendidikan harus terumuskan dan dirumuskan secara mantap oleh semua pelaku pendidikan disemua jenjang. Dengan adanya oleh semua pelaku pendidikan yang mantap diharapkan pelaksanaan pendidikan yang dilakukan tidak akan menyimpang.
Menurut M.J. Langeveld tujuan pertama dari pendidikan adalah tercapainya kedewasaan. Dengan adanya tujuan ‘’kedewasaan’’ tersebut maka tugas pendidik adalah membawa peserta didik dengan penuh rasa tanggung jawab kea rah kedewasaan.[7]    
Tanpa mengindahkan tekanan yang berubah-rubah yang diberikan kepada fungsi pendidikan, tujuan-tujuan pendidikan berasal dari 4 fungsi dasar pendidikan berikut:
1.      Pengembangan individu- aspek-aspek hidup pribadi: etis,estetis, emosional, fisis;
2.      Pengembangan cara berfikir dan teknik menyelidiki-kecerdasan yang terlatih;
3.      Pemindahan warisan budaya-nilai-nilai sivik dan moral bangsa dan;
4.      Pemenuhan kebutuhan sosial yang vital, yang menyumbang kepada kesejahteraan ekonomi,sosial,dan politik-lapangan teknik.[8]     
  C.     Macam-macam Tujuan Pendidikan
Didalam praktek pendidikan khususnya pada system persekolahan, didalam rentangan antara tujuan umum dengan tujuan yang sangat khusus terdapat sejumlah tujuan antara. Umumnya ada 4 jenjang tujuan pendidikan didalamnya terdapat tujuan antara yaitu:
1.      Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia adalah manusia pancasila
2.      Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya
3.      Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran
4.      Tujuan intruksional, yaitu kurikulum yang berupa bidang studi-bidang yang terdiri atas pokok-pokok bahasan dan sub-pokok bahasan.[9]
Adapun menurut Arikunto tujuan yang masih umum harus menjiwai, semua gerak kegiatan pendidikan yang harus dicermati, walaupun tindakan-tindakan khusus harus dilakukan berdasarkan atas jabatan dari tujuan umum tersebut untuk mencapainya harus dirumuskan dalam bentuk tujuan yang lebih khusus. Arikunto selanjutnya menegaskan bahwa tiap jenjang Mempunyai tujuan masing-masing sesuai jenjang jenisnya yaitu:
1.      pendidikan nasional(Tujuan Institusional), tujuan yang dirumuskan dan hendak dicapai oleh suatu lembaga pendidikan.
2.      Tujuan kurikuler, tujuan pendidikan yang akan dicapai melalui bidang studi tertentu
3.      Tujuan Instruksional, tujuan sekolah yang dicapai melalui kegiatan sekolah dan kegiatan mengacu pada kurikulum yang telah distandarisasi oleh pemerintah dan dilaborasi oleh guru menjadi bahan ajar.[10]
Drs. Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan pendidikan yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir.
1.       Tujuan sementara, yaitu tujuan yang dicapai berdasarkan berbagai kemampuan.
2.      Tujuan akhir, tujuan untuk mewujudkan kepribadiannya yang baik melalui berbagai aspek. [11]
Didalam bukunya beknopte theoretische paedagogiek, Langeveld mengutarakan macam-macam tujuan pendidikan sebagai berikut:
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum disebut juga tujuan sempurna, tujuan terakhir, atau tujuan bulat. Tujuan umum ialah tujuan didalam pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik lain, yang telah ditetapkan oleh pendidik dan selalu dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada anak didik itu sendiri dan dihubungkan dengan syarat-syarat dan alat-alat untuk mencapai tujuan umum.
2.      Tujuan-tujuan tak sempurna.
Yang dimaksud dengan tujuan tak sempurna atau tak lengkap adalah tujuan-tujuan mengenai segi-segi kepribadian manusia yang tertentu yang hendak dicapai dengan pendidikan itu, yaitu segi-segi yang berhubungan dengan dengan nilai-nilai hidup tetentu. Dan hal ini juga tidak terlepas dari tujuan umum itu.
3.       Tujuan-tujuan sementara.
Tujuan sementara merupakan tempat-tempat perhentian sementara pada jalan yang menuju ketujuan umum. Tujuan umum sementara ini merupakan tingkatan-tingkatan untuk menuju kepada tujuan umum.
4.      Tujuan-tujuan perantara
Tujuan ini bergantung pada tujuan-tujuan sementara.umpamanya, tujuansementara ialah si anak harus belajar membaca dan menulis. Setelah ditentukan untuk apa anak belajar membaca dan menulis itu, dapatlah sekarang berbagai macam kemungkinan untuk mencapainya itu dipandang sebagai tujuan perantara.
5.      Tujuan Insidental
Tujuan ini hanya sebagai kejadian-kejadian yang merupakan saat-saat yang terlepas pada jalan yang menuju kepada tujuan umum.
Dengan memperhatikan tujuan-tujuan diatas dan hubungan-hubungannya satu sama lain, mempermudah usaha kita hendak mengerti pekerjaan mendidik dan memmungkinkan kita meninjau apa yang dianjurkan oleh aliran-aliran kuno dalam pendidikan. Sedangkan tujuan umum itu bermuara dalam pandangan hidup yang mendukung sebagai batu dasarnya. [12]
  D.    Tujuan Pendidikan Menurut Para Ahli
            Para ahli memiliki rumusan tujuan pendidikan yang berbeda satu sama lain.masing-masing menekankan pada orientasi tertentu dalam perumusan tujuan pendidikan. Hal ini menandakan bahwa rumusan tujuan pendidikan mengarah pada orientasi yang bervariasi sebagaimana Variasi di dalam perumusannya. Bebrapa rumusan dari para ahli mengenai tujuan pendidikan tersebut telah dipaparkan Sutari Imam Barnadib sebagai berikut:
1.      Crow and Crow.
            Menurut Crow and Crow bahwa tujuan atau cita-cita pendidikan yang baik dan sehat adalah mendorong anak didik untuk berfikir secara efektif, jernih, dan objektif didalam suasana yang bagaimanapun.   
2.      Mj.Langeveld
          Menurut MJ.Langeveld bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia dewasa
3.      Socrates
           Menurut Socrates bahwa tujuan pendidikan adalah mengenali dirinya sendiri supaya dapat hidup dengan jiwa yang sehat, susila, dan bahagia. Pernyataan Socrates yang sangat dikenal adalah:’’ kenalilah dirimu’’.
4.      Plato
          Menurut plato adalah bahwa tujuan pendidikan adalah mencapai keadilan di dalam Negara dengan pimpinan dengan pimpinan raja yang bijaksana.
5.      Kohnstamm
        Bahwa tujuan pendidikan adalah menolong manusia yang sedang berkembang, supaya ia dapat memperoleh perdamaian batin yang sedalam-dalamnya, tanpa menjadi beban orang lain.
6.      Jonas Cohn
            Menurut jonas cohn bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk anak didik supaya menjadi anggota masyarakat yang berdiri sendiri ( mandiri) dalam masyarakat.
7.      Paul Haberlin
            Menurut Paul Haberlin bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk ank didik memiliki kecakapan batin, agar bisa memenuhi kewajiban, tugas hidupnya, dan tuhjuan hidupnya.
8.      John Dewey
           Menurut John Dewey bahwa setiap tujuan pendidikan adalah usaha atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan lain yang lebih tinggi.
9.      Ki Hadjar Dewantara
            Menurut Ki Hadjar Dewantara bahwa tujuan pendidikan adalah tercapai kesempurnaan hidup pada anak didik.
10.  Sikun Pribadi
            Menurut sikun pribadi bahwa tujuan umum pendidikan adalah terbentuknya psycho- hygiene dan tanggung jawab pada diri anak didik.
11.  Nortonagoro
           Menurut nortinagoro bahwa tujuan umum pendidikan adalah tercapainya kebahagiaan sempurna yakni dicapainya kepuasan sepuas-puasnya yang tidak menimbulkan keinginan lagi dan bersifat kekal abadi.[13]
    

DAFTAR PUSTAKA
     Amri, Sofan, Ahmadi Lif Khoiru, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran pengaruhnya terhadap mekanisme dan praktik kurikulum,Jakarta,2010, Prestasi Pustaka.
     Hamalik, Oemar, Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sisitem,Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2002.
Hidayatullah Furqon, Pendidikan karakter: Membangun PeradabanBangsa,Surakarta, 2010,Yuma Pustaka.
     Musaheri, Pengantar Pendidikan,Jogyakarta, 2007,Ircisod.
     Purwanto, M.Ngalim, ilmu pendidikan teoritis dan praktis,Bandung, 2011, PT.Remaja Rosdakarya.
       Rohman, Arif,Memahami pendidikan dan ilmu pendidikan,Yogyakarta, 2009,Laksbang Mediatama.
     Segala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer,Bandung, 2008,Alfabeta.
     Sutisna, Oteng, Dasar Teoritis untuk praktek professional,Bandung,2007,Angkasa.
Tirtarahardja, Umar, Sulo,La, Pengantar Pendidikan,(Jakarta: PT. Reneka Cipta, 2008), hlm. 37.
     Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam,Bandung, 2009,CV.Pustaka Setia


[1] Rohman, Arif,Memahami pendidikan dan ilmu pendidikan,(Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2009), hlm.87-88
[2] Amri, Sofan, Ahmadi Lif Khoiru, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran pengaruhnya terhadap mekanisme dan praktik kurikulum,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), hlm.29-30.
[3] Musaheri, Pengantar Pendidikan,(Jogyakarta: Ircisod,2007), hlm.50.
[4] Tirtarahardja, Umar, Sulo,La, Pengantar Pendidikan,(Jakarta: PT. Reneka Cipta, 2008), hlm. 37.
[5] Hamalik, Oemar, Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sisitem,(Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2002),hlm.123.
[6] Hidayatullah Furqon, Pendidikan karakter: Membangun Peradaban Bangsa,( Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), hlm. 6.
[7] Rohman,Arif,Memahami pendidikan dan ilmu pendidikan.hlm.88-89
[8] Sutisna, Oteng, Dasar Teoritis untuk praktek professional,(Bandung: Angkasa,2007), hlm.42.
[9] Tirtarahardja, Umar, Sulo,La, Pengantar Pendidikan,hlm.39.
[10] Segala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer,(Bandung: Alfabeta, 2008),hlm. 8.
[11] Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam,( Bandung,CV.Pustaka Setia), hlm.29-30.
[12] Purwanto, M.Ngalim, ilmu pendidikan teoritis dan praktis, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.20-23.
[13] Rohman, Arif,Memahami pendidikan dan ilmu pendidikan,hlm.92-93.

ilmu pendidikan ppt

dowload file ppt

PENGERTIAN ILMU dan PENDIDIKAN SERTA HUBUNGAN ANTARA KEDUANYA




dowload file ppt

PENDIDIKAN_ PENGAJARAN dan PELATIHAN 


dowload file ppt


     

 

makalah pendidikan


DASAR DAN PONDASI PENDIDIKAN
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
Yang dibina oleh Bapak Ahmad Mushollin, M. pd. I

Oleh 
Atqurrohman 180 912 089



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
SEPTEMBER, 2012


BAB II
PONDASI-PONDASI PENDIDIKAN
A.    Pengertian Pondasi Pendidikan
Dasar atau pondasi adalah sebuah istilah yang dipakai sebagai landasan untuk berpijak dan dari sanalah segala aktivitas yang berdiri diatasnya (termasuk aktivitas pendidikan) akan dijiwai atau diwarnainya[1]Secara awam, istilah pondasi diartikan sebagai sesuatu yang memberikan dasar atau landasan terhadap sesuatu. Pondasi memuat nilai-nilai positif yang dianut dan diyakini kebenarannya.Umar tirta rahardja dan La Sulo (1994)menyebut pondasi pendidikan adalah pijakan dan penentu isi dan arah pendidikan.Made Pidarta (200) secara implisit mengartikan pondasi pendidikan sebagai sesuatu yang harus diikuti dalam upaya pengembangan pendidikan .Menurut penulis ,pondasi pendidikan adalah sesuatu yang memberikan dasar atau landasan terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan  yamg dilakukan masyarakat. [2]

B.     Wujud  Pondasi Pendidikan
Meskipun pendidikan sifatnya universal, namun terjadi perbadaan-perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultural tersebut. Dengan kata lain, pendidikan diselenggarakanberlandaskan filsafat hidup serta sosiokultural setiap masyatakat. Selain ketiga landasan ini (filosofis, sosiologis ,dan cultural )  masih terdapat landasan filosofis dan landasan hukum dan politik. [3]

1.      Landasan filosofis
Ditinjau dari sudut pandang filsafat,kualitas ilmu pengetahuan pada umumnya tersusun atas tiga lapis,yaitu lapisan abstrak, poternsial –teoritis dan lapisan konkrik-praktis. Dasar pelapisan ini adalah realitas keberadaan setiap benda atau hal yang ada. Manusia misalnya, pada lapisan abstrak mencakup semua jenis,sifat, bentuk, dan wujud manusia yang berada dimana saja dan kapan saja. Adapun potensial-teoritis berupa jenis, bentuk dan wujud yang berbeda, tapi satu dalam karakter.sedangkan pada lapisan konkrit lebih menunjuk pada perwujudannya sebagai manusia individual.[4]
Pengertian filsafat yang  umumnya dipakai adalah pendapat yang dikemukakan Sidi Ghazalimenurutnya, filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematis, radikal,dan universal dalam rangka mencari kebenaran, intii, hikmah, atau hakikatmengenai segala sesuatu yang ada. Orang yang cinta pengetahuan atau kebijaksanaan disebut Philosophos atau dalam bahasa arabfailosof (filsafat).[5]Louis  O. Kattsof mengatakan bahwa kegiatan kefilsafatan ialah merenung,. Akan tetapi, merenung bukanlahmelamu,juga bukan berfikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan, melainkan dilakukan secara mendalam, radikal sistematis dan universal.[6]

a.       Pengertian tentang landasan filosofis
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat dan martabat  manusia ikut menentukan tujuan dan cara-cara penyelenggaraan pendidikan, dan dari sisi lain pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Filsafat pendidikan berupaya menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan, seperti  apa, mengapa, kemana, bagaimana dan sebagainya dari pendidikan itu.[7]

b.      Ruang lingkup filsafat pendidikan
Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah sebagai berikut:
-          Pendidik
-          Murid atau anak didik
-          Materi pendidikan
-          Perbuatan mendidik
-          Metode pendidikan
-          Eveluasi pendidikan
-          Tujuan pendidikan
-          Alat-alat pendidikan
-          Lingkungan pendidikan

2.      Landasan sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dengan masyarakat dan menyelidiki ikata-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh, serta perubahannya perserikatan-perserikatan hidup itu serta kepercayaannya, keyakinan yang member sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.sementara itu, soejono soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian.[8]seorang sosiolog Alvin Bertrand memahami sosiologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari dan menjelaskan tentang hubungan antara manusia (human relationship)[9]di dalam ilmu ini juga dibahas tentang proses-proses sosial, mengingat bahwa ilmu pengetahuan perihal struktur menyarakat saja belum cukup untuk memperoleh gambar yang nyata mengenai kehidupan bersama dari manusia.[10]
a.       Pengertian  landasan sosiologis
Aspek sosial menunjukkan adanya saling hubungan diantara individu, masyarakat, dan antara individu dengan masyarakat. Sejak lahir, manusia individu memiliki hakekat kodrat social yaitu saling membutuhkan satu sama llain. Berdasarkan fakta itu, materi pendidikan perlu digali dari karakter manusia sebagai makhluk social.Selanjutnya, nilai kebersamaan tersebut ditambah-kembangkan di dalam diri setiap peserta didik melalui seluruh rangkaian kegiatan pendidikannya.[11]
Sosiologi mempunyai cirri-ciri sebagaimana uraian berkikut:
a.       Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu,sebab ia bersumber dan diciptakan dari kenyataan yan g terjadi di lapangan.
b.      Teoritis,adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang dapat disimpan lama.
c.       Komulatif, sebagai akibat proses penciptaan terus menerus
d.      Noteris, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat tapa menilai apakah hal itu baik atau buruk. [12]
Secara sederhana, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang permasalahan-permasalan pendidikan dan berusaha untuk mencari pemecahannya berdasarkan pendekatan sosiologi.[13]
Sosiologi pendidikan merupakan analisis alamiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup  yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
1.      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
a.       Fungsi pendidikan dlalam kebudayaan.
b.      Hubungan system pendidikan dan kontrol sosial dan sistem kekuasaan
c.       Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara  dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan
d.      Hubungan pendidikan dengan kelas sosial dan sistem status.
e.       Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannyadengan ras, kebudayaan,ataukelompok-kelompok dalam masyarakat.    
2.      Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi:
a.       Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di lllluar sekolah.
b.        Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah.
3.      Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya,yang mempelajari:
a.       Peranan sosial guru
b.      Sifat kepribadian guru.
c.       Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa.
d.      Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak.
4.      Sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi:
a.       Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah.
b.      Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem social komunitas kaum tidak terpelajar.
c.       Hubungan antara sekolah dan komunitas dalaml fungsi kependidikannya.
d.      Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.[14]
Atas  pengaruh sosiologi, proses pendidikan yang ideal adalah terarah kepada mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup, baik dalam interaksi sosial, stratifikasi social maupun dalam hubungan diantara kelompok sosial. Oleh sebab itu, terhadap pendidikan sekolah, sosiologi member petunjuk setidaknya dalam tiga hal, yaitu: (1) bagaimana pendidikan sekolah mengembangkan administrasi manajemen, (2) bagaimana pendidikan sekolah mengorganisasi materi pendidikan, dan  (3) bagaimana pendidikan sekolah melaksanakan kegiatan pembelajaran.[15]
3.      landasan psikologi
Psikologi adalah ilmu yang berusaha menyelidiki semua aspek kepribadian dan tingkah laku manusia, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, baik secara teoritis maupun dengan melihat kegunaannya didalam praktek, baik secara individual maupun dalam hubungannya dengan manusia lain atau lingkungannya.[16]
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landaan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam dari hubungan interdisipliner dengn ilmu sosial  lainnya , khususnya terhadap pendidikan, psikologipun memberikan landasan, yaitu dalam hal pembinaan perilakukarena oada dasarnya, perbaikan perilaku merupakan sasaran utama penyelengaraan pendidikan.orientasi umum psikologi perkembangan dalam hal aspek-aspek kogniti, afektif dan psikomotorik member petunjuk terhadap pendidik dalam hal menyiapkan dan mengorganisasi materi pendidikan, serta member arah bagaimana membina peserta didik agar mau belajar secara bebas, tanpa terbebani sesuatu apapun.[17]
Pemahaman peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan.Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologi sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.[18]dengan bekal pemahaman yang mendalam dan menyeluruh tentang hal ini, guru-guru diharapkan dapat menyiapkan dan melaksanakan pengajaarannya dengan lebih baik, mampu memberikan bimbingan yang lebih tepat, terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam memberikan perlakuan pendidikan.[19]
              5.      Landasan hukum dan politik
Arti pondasi hokum adakah kehidupan masyrakat aspek hokum yang menjadi dasar atau melandasi penyelenggaraan pendidikan.begitu juga pondasi politik yang menjadi dasar atau melandasi penyelenggaraan pendidikan..hokum dan politik merupakan dua aspek eekehidupan yang salingberkaitan.
Secara lebih luas arti landasan hukum dan politik dalam penyelenggaraan pendidikan berupa peraturan baku yang dijadikan pedoman di masyarakat serta berkaitan dengan kehidupan politik. Dengan kata lain landasan hokum dan  politik dalam penyelenggaraan pendidikan adalah hal-hal yang menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan berupa kehidupan hukum dan politik.[20]

BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak.Diperlukan satu generasi untuk melihat hasil akhir dari pendidikan itu.Apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk diperbaiki. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan pendidikan yang diantaranya adalah:
1.      Landasan filosofis yaitu Filsafat pendidikan berupaya menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan, seperti  apa, mengapa, kemana, bagaimana dan sebagainya dari pendidikan itu.
2.      Landasan sosiologis yaitumerupakan analisis alamiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan
3.      Landasan psikologis
4.      Landasan hokum dan politik




[1] A. seojono hadi, pendidikan suatu pengantar,2008, (Surakarta: (lpp) uns press), hal:91
[2] Arif rahman, memehami pendidikan dan ilmu pendidikan,2009,(Yogyakarta: laksbang meduatama), hal 19-20
[3] Umar tirtaraharja, la sulo, pengantar penpdidikan, 2005, (jakarta: rineka cipta),hal 83
[4] Suparlan suhartono, wawasan pendidikan,2008,ٍ ( ()ogyakarta: ar r
uzz media), hal 69
[5] Sidi ghazali, sistematika filsafat, jilid I, 1976, (Jakarta: bulan bintang), hal:15
[6]Louis.o kattsof, pengantar filsafat, terj. Soejono seomargono, 1989, (Yogyakarta: tiara wacana), hal:6
[7]  Umar tirtaraharjo, la sulo,pengantar pendidikan, 2005, (Jakarta: rinika cipta), hal:84
[8] Hasan shadily, sosiologi untuk masyarakat Indonesia, 1983, (Jakarta:bina aksara),hal 1
[9] Ishomuddin,Sosiologi perspektif islam, (malang: UMM Press, 1997),hal: 9
[10] Seojono soekanto, sosiologi suatu pengantar, 1982, (Jakarta: rajawali), hal 18 dan 53
[11] Suparlan suhartono, wawasan pendidikan sebuah pengantar pendidikan, 2008 ,(Yogyakarta: arruzz media), hal87
[12] Made pidarta, landasan kependidikan, 2007, (Jakarta:rineka cipta),hal: 151-152
[13]Moh. Padil , trio suprayitno,sosiologi pendidikan, 2010,(malang: uin maliki press),hal: 6
[14] Umar tirtaraharjo, la sulo,op, cit, hal 95-96
[15] Suparlan suhartono, op, cit, hal 90
[16] M. ngalim purwanto, psikologi pendidikan, 1998,(bandung:pt.remaja rosdakarya), hal:7
[17] Suparlan suhartono, op, cit, hal 95

[18] Umar tirtaraharjo, la sulo,op, cit, hal 104-105
[19] Nana syaodih sukmadinata, landasan psikologi proses pendidikan, 2009, (bandung:pt.remaja rosda karya), hal 30
SEMUGA BERMAMFAAT